Profil

Ivone Jovita Suhartono: Bekerja adalah Membagi Pengetahuan dan Membantu Orang Lain Meski Hanya di Belakang Layar

MajalahKebaya.com, Jakarta – Jiwa pendidik sekaligus pebisnis dalam diri Ivone Jovita Suhartono memang begitu kuat. Tak heran, di sela-sela menjalani peran utama sebagai istri dan ibu rumah tangga, istri dari CEO Azarine Cosmetic ini sangat gencar mendukung bisnis suami maupun keluarga. Meski hanya dari balik layar, perempuan cantik yang juga berprofesi sebagai influencer ini, giat memberikan saran terkait bidang IT yang memang sangat dikuasai. Ia pun tak termasuk tipikal orang yang menggilai pujian. Karena baginya, bekerja adalah caranya menyalurkan pengetahuan yang telah dianugerahkan Tuhan.

 Rasa cinta pada profesi, memampukan seseorang menjalani tiap tugas yang diemban dengan penuh tanggung jawab. Meski keberadaannya tidak diperhitungkan dan senantiasa bekerja di balik layar, namun jasa yang ditorehkan begitu besar dan berarti bagi kemajuan sebuah perusahaan.

Demikian pula yang dijalani Ivone Jovita Suhartono sejauh ini. Di sela-sela waktu mengabdikan diri sebagai istri dan ibu rumah tangga, ia masih sempat menyalurkan ide-ide kreatifnya bagi kemajuan perusahaan produk kecantikan yang digawangi sang suami, maupun bidang pendidikan yang dibangun keluarganya.

“Saya merasa hidup adalah sebuah panggilan, di dunia pendidikan banyak orang yang melamar kerja tapi orang yang bertahan di tempat kerja itu adalah orang yang jatuh cinta dengan profesi itu. Jadi saya sudah jatuh cinta dengan pekerjaan saya di dunia IT, pendidikan, dan kecantikan. Dan saya ingin menyalurkan apa yang bisa saya bantu akan saya bantu. Sebab,  hidup harus memiliki penyaluran, kalau tidak buat apa? Kita harus menyalurkan itu untuk membantu orang lain. Misalnya di perusahaan Azarine Cosmetic milik suami saya, kita membantu orang untuk tampil cantik, sedangkan di dunia pendidikan kita membantu orang untuk belajar, dan di  duniaIT saya membantu mengotomasi. Intinya hidup ini untuk membantu orang dan saya suka membantu orang. Itu yang saya terapkan pada pekerjaan yang saya jalani,” tutur wanita cantik yang akrab disapa Ivone ini.

Di Balik Layar Kesuksesan. Sejak dipinang pengusaha sukses asal Surabaya, Jawa Timur, Brian Lazuardi Tjahyono, Ivone memang memilih lebih banyak fokus pada keluarga. Namun, demi mendukung bisnis-bisnis sang suami, ia tak segan menyumbangkan ide maupun terobosan baru hasil pemikiran dan pengamatannya.

“Selain support bisnis Azarine Cosmetic milik suami, saya juga membantu memanage perusahaan keluarga yang bergerak di bidang pendidikan, yakni Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, serta RS Royal Surabaya. Di azarine Cosmetic, saya lebih banyak di belakang layar meski sesekali datang ke kantor atau menggantikan suami meeting dengan client. Namun secara formal memang tidak ditempatkan di suatu posisi. Malam hari, sebelum beranjak istirahat biasanya kami sharing mengenai ide-ide baru, baik soal produk maupun teknik pemasarannya,” terang Ivone.

Secara garis besar, Ivone mengaku pengetahuan tentang dunia kecantikan memang lebih banyak dikuasai sang suami yang memang terlahir dari keluarga pengusaha produk kecantikan. Berbeda dengan dirinya yang awalnya lebih menyukai menggunakan produk kecantikan yang simple. Namun, perbedaan itulah yang justru melahirkan gagasan baru bagi sang suami, untuk menciptakan produk kecantikan yang lebih praktis.

“Karena latar belakang saya di bidang pendidikan yang kemudian terjun ke dunia kecantikan, akhirnya saya menganalisa bagaimana caranya memenuhi kebutuhan orang-orang seperti saya, yang lebih menyukai menggunakan produk yang simple. Namun, saat ini saya terus mengedukasi diri sendiri bagaimana merawat diri yang lebih baik untuk mengimbangi penampilan suami dan bisnis yang ia jalani,” ujarnya.

Latar belakang itu pula yang membuat Ivone lebih suka mengarahkan dan mengajarkan para staff terkait baik di perusahaan suami maupun keluarganya, dibanding terjun langsung. “Meskipun orang lain yang keliatan mengerjakan dan saya tidak mendapat apa-apa, cukup diri saya saja yang tahu. Saya juga tidak perlu tampil di depan apalagi mengharap pujian orang lain,” tegas perempuan muda berusia 26 tahun ini.

Kuasai IT. Bagi perempuan yang menggemari dunia digital ini, pendidikan sangatlah penting dalam mengembangkan potensi diri. Tak heran, selain mengantongi gelar sebagai  lulusan Diploma IT (Information and Technology) dan Bachelor of Commerce dari University of Sydney (USYD), ia juga meraih tittle sebagai Magister Management & Masters of Business Administration.

“Karena ayah saya memiliki Institut Perguruan Tinggi, beliau selalu berpesan kepada anak-anaknya untuk meraih pendidikan yang tinggi juga. Oleh sebab itu, sejak duduk di bangku SMA saya juga sekolah Diploma IT. Setelah itu melanjutkan S1 di Sydney, Australia, mengambil jurusan Marketing dan Riset Informasi Sistem. Buat saya, Riset Informasi Sistem adalah jembatan antara dunia IT dan dunia bisnis, yang kemudian membawa saya melanjutkan study S2 Management Bisnis dan Administrasi,” papar Ivone.

Penguasaan IT juga memudahkan Ivone menunjang bisnis suaminya. Selain membantu mengatur website atau bagian periklanan serta Youtube Ads Azarine Cosmetic, Ivone juga membantu menjembatani sistem keamanan pabrik. “Soal IT di perusahaan suami, saya lebih banyak memberikan ide ataupun masukan pada sistemasi manajemen dan strukturnya. Hal-hal yang memang banyak diberikan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, milik ayah saya,” paparnya.

Dijelaskakan Ivone, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri termasuk Perguruan Tinggi yang menerapkan sistem high technology seperti creative half untuk bisa membuat software, website dan design half. “Kami juga membuat sistem manajemen untuk Rumah Sakit dan sekolahan secara digital seperti e-rekam medis dan pendaftaran online Rumah Sakit, hingga sistem sekolah untuk para mahasiswa mengecek nilai maupun online learning. Dan sistem digital ini sudah kami rancang dan jalankan jauh sebelum pandemi. Dan karena kami juga memiliki Rumah Sakit Gigi dan Mulut, jadi sistem-sistem high technology tersebut sudah diaplikasikan di Rumah Sakit kita sendiri. Kebetulan kakak saya yang merupakan Direktur Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri ini juga sangat fusioner, ia membuat sistem tersebut sejak 5-7 tahun lalu. Bahkan ayah saya juga memiliki pemikiran yang modern. Dari 20 tahun yang lalu dia sudah berangan-angan membuat program e-learning, mengajak dosen-dosen merekam lecture mereka namun dengan keterbatasan teknologi zaman dahulu agak susah akhirnya baru terealisasi  beberapa tahun belakangan,” jelas Ivone, panjang lebar.

Terbiasa dengan Dunia Kerja. Dunia Kerja dan IT memang bukan hal baru bagi Ivone. Karena sejak remaja ia sudah dibiasakan ayahnya belajar bekerja di Perguruan Tinggi yang dibangun. “Sejak duduk di bangku SMP saya sudah membantu ayah saya. Karena di waktu luang kami, ayah memberi tugas-tugas tertentu. Tujuannya untuk men-training agar kami terbiasa dengan dunia kerja sehingga kelak lebih mudah beradaptasi,” ujarnya.

Selain membuat Ivone terbiasa dengan dunia kerja, selama magang tersebut ia juga diberikan keleluasaan untuk memberikan ide-ide baru, memperbaiki sesuatu atau membuat sistem baru, seperti memperbaiki brosur atau sistem strategi marketing dan lainnya. Sehingga ketika lulus kuliah, transisi Ivone memasuki dunia kerja nyata lebih mudah.

“Semasa kuliah, saya memiliki visi ingin membuat sistem A, B maupun C, atau ketika lulus nanti saya ingin membuat sistem IT atau sistem pendukung yang terautomasi. Apa yang saya rancang semasa kuliah ini coba saya praktekkan ketika magang di Institute ayah. Sehingga ketika lulus, saya sudah memahami sistem apa saja yang perlu di-upgrade,” terang Ivone.

Aktif Sebagai Influencer. Penampilannya yang good looking ditambah wawasan serta link pertemanan yang cukup luas, menjadikan Ivone kerap didaulat meng-endorse suatu produk. Dimulai dari teman-teman terdekat yang meminta Ivone me-review produk bisnis mereka, kini menjadikan Ivone sebagai salah satu Influencer aktif di media sosial Instagram.

“Sebenarnya saya tidak memfokuskan diri sebagai Influencer karena ada beberapa tawaran saja yang saya terima. Biasanya teman-teman yang minta tolong me-review produk, ya saya sangat mau membantu. Jika ada tawaran dari brand lain biasanya saya lihat dulu produknya sepertia apa, baru kemudian saya endorse sebagai pengisi waktu,” tambahnya.

Sebagai Influencer, Ivone memang tak ingin asal saja menerima endorsement. Sebelumnya ia akan menelisik tentang branding dan reputasi produk tersebut. “Kalau ternyata brand baru tapi kelihatannya menjanjikan saya mau mencoba. Karena zaman sekarang UMKM harus didukung. Dan di masa pandemi lalu saya banyak support produk UMKM, karena saya mengerti betapa susah branding di masa-masa seperti itu. Dan setiap kali me-review produk, saya berikan juga masukan untuk kemajuan brand tersebut,” tutur pemilik wajah oriental ini.

Khusus untuk produk kecantikan, Ivone jauh lebih selektif karena tidak ingin memberi kesan 100% endorse. Dan biasanya, ia akan berdiskusi terlebih dahulu dengan sang suami yang lebih memahami produk-produk skincare. Sehingga tidak menimbulkan bentrok akibat persaingan produk sejenis.

Namun demikian, Ivone menyadari bahwasanya kulit manusia cukup variatif. Sehingga produk skincare yang digunakan bisa disesuaikan dengan kondisi. “Seperti kulit saya yang merupakan kombinasi kering dan berminyak, saya harus melihat iklim dan kondisi kulit saya hari ini. Jika kurang minum biasanya kulit saya dehidrasi. Seperti halnya makanan, jika kita menyantap menu yang sama setiap hari tentu tidak baik. Begitu juga dengan skincare, to much for everything itu tidak baik. Jadi kita harus mengerti apa yang harus kita konsumsi untuk kulit hari ini. Kalau kemarin terpapar sinar matahari yang terlalu lama, saya harus menggunakan produk seperti antipigmentasi. Atau jika akhir-akhir ini lelah, maka saya butuh anti aging agar kulit saya juga tidak lelah. Jadi kita harus pintar-pintar memilih dan mixed skincare. Jadi ketika meng-endorse produk skincare saya harus mengerti juga kapan memakainya dan bisa saya kombinasikan dengan apa. Jadi untuk review produk saya harus coba dahulu agak lama baru kemudian saya promosikan. Dan karena kulit saya tipikal kulit yang sensitif, ketika Azarine Cosmetic akan meluncurkan produk baru biasanya saya salah satu kelinci percobaannya. Untuk tahu apakah produk tersebut benar-benar aman untuk semua jenis kulit atau tidak,” ungkapnya seraya terkekeh.

Tetap Prioritaskan Keluarga

Memainkan dua peran yang berbeda, yakni sebagai ibu rumah tangga dan wanita karier bukanlah hal mudah. Ivone pun merasa beruntung tidak terikat jam kerja sehingga tetap bisa memprioritaskan keluarga. Terutama dalam mendampingi kedua putranya, Maximilian Edmund Tjahyanto (3 tahun) dan Reagan Hugo Tjahyanto (1 tahun) bertumbuh.

“Karena beda usia, maka fase-fase pertumbuhan keduanya juga berbeda. Saya harus pintar mencari waktu kapan bisa mulai bekerja. Misalnya untuk meeting atau membuat video endorse, biasanya saya atur di saat si bungsu tidur atau pagi hari ketika si sulung sekolah. Jadi memang harus cekatan dan bisa mengatur waktu meskipun tidak ada waktu tetap,” ucapnya.

Efisiensi waktu juga Ivone lakukan saat mengatur jadwal hangout bersama teman. Biasanya ia selipkan setelah selesai mengurus bisnisnya di suatu tempat. Khusus untuk diri sendiri, Ivone berusaha untuk meluangkan waktu me time seperti berolahraga, perawatan, membaca buku ataupun mengutak-atik perangkat teknologi baru yang ia beli. “Buat saya kebutuhan me time itu sangat penting agar kita tidak mudah stress. Namun, biasanya saya merangkum beberapa kegiatan me time untuk dikerjakan sekaligus. Misalnya treadmill sambil bernyanyi atau meriset video-video Youtube sambil merancang sistem baru,” tambah Ivone.

Redupkan Stress dengan Banyak Bersyukur

Dalam menjalani rutinitas harian, baik sebagai ibu rumah tangga, pebisnis maupun wanita karier, Ivone senantiasa mengedepankan rasa syukur. Karena baginya mensyukuri segala yang diberikan Tuhan merupakan salah satu cara meredupkan rasa jenuh dan stress.

“Bersyukur bukan sekedar mengucap terima kasih kepada Tuhan, tapi juga menerima segala yang telah digariskan-Nya. Misalnya sebagai orang tua terkadang kita memiliki ekspektasi tinggi terhadap anak-anak, mereka harus sama seperti kita, padahal itu tidak bisa disamakan. Ketika memiliki anak yang perfectionist, kita harus mengajari bahwasanya kegagalan bukan masalah, ia bisa mencobanya lagi,” tambahnya.

Diyakini Ivone, rasa syukur itu pula yang kemudian menimbulkan perasaan bahagia. Sehingga ia lebih enjoy menjalani keseharian. Namun, sebagai makhluk sosial Ivone menyadari dukungan dari suami, anak dan orang-orang sekitar juga memengaruhi mental positifnya. “Terkadang, ada kasus-kasus di mana kita tidak selalu bisa mengandalkan diri sendiri. Ada kalanya kita butuh speak up, butuh didengar agar mental health kita tidak terganggu. Bagi kaum ibu yang merasa stress dengan tekanan hidup, jangan malu atau ragu untuk bercerita dan meminta bantuan keluarga atau professional, termasuk bertanya kepada pemuka agama masing-masing,” ujar Ivone, penuh nasehat.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top