Profil

Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, S.H., M.Si, Terus Berjuang Wujudkan Jakarta Lebih Baik dan Lestarikan Budaya Betawi

MajalahKebaya.com, Jakarta – Dedikasi Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, S.H., M.Si. untuk mengabdi dan berjuang mewujudkan Jakarta yang lebih baik lewat jalur politik, pemerintahan, dan pendidikan sudah menjadi bagian penting sekaligus passion dalam hidup dan kariernya. Tekad dan niatnya yang sangat kuat untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, khususnya di DKI Jakarta, tidak pernah surut dan tidak ada kata lelah.

Ibu 2 anak dan 5 cucu yang masih tampak bugar dan energik, kelahiran Jakarta 11 Oktober 1958 ini, sangat bangga dan selalu bersyukur bisa bermanfaat bagi banyak orang. Karena itu, dengan pasti dan tidak ada keraguan, tidak ada kata berhenti dalam pengabdian, dengan melanjutkan tugas sebagai Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta pada Pemilu Legislatif 2024 mendatang. Per 22 Desember 2022 ia sudah mendaftarkan diri kembali di KPU DKI, dengan tekad untuk memberikan solusi terbaik bagi warga Jakarta.

Saat ini, Prof Sylvi, sapaan akrabnya, adalah Anggota DPD/MPR RI (2019 – 2024), Pimpinan Komite 1 DPD RI (2023-2024), Dosen Program Doktor Universitas Negeri Jakarta, Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta, Dosen Tamu di Univ. Borobudur, Univ. Atthahiriyyah, Univ. AsSyafi’iyyah, STPDN. Selain itu, ia juga aktif di berbagai organisasi seperti menjadi Ketua I Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) (2012 – saat ini), Anggota ISMAPI (2009 – saat ini), Ketua PB Persatuan Squash Indomesia        (2020– 2024), Ketua IKAL Lemhannas Komprov DKI Jakarta (2020 – 2025), Presidium Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia (KPPRI) (2020-2024), Ketua Perhimpunan Agronomi Indonesia Komprov DKI Jakarta (2020 – 2023), Ketua Dewan Pembina Yayasan Pensiuanan Provinsi DKI Jakarta (2021 – 2025), Ketua Dewan Pensehat PERAGI (Perhimpunan Agronomi Indonesia) DKI Jakarta (2023-2027), Wakil Ketua Dewan Pembina KONI DKI Jakarta, Ketua Pencinta Anggrek Indonesia (PAI) DKI Jakarta, Ketua Umum Majelis Alimat (Cendekiawan Muslimah) Indonesia (MAI) (2023-2028), Dewan Pembina Nasional Srikandi Pemuda Pancasila, dan masih banyak lagi.

Prestasi, reputasi, dan penghargaan pun sudah banyak diraih Prof Sylvi. Antara lain None Jakarta Tingkat Kodya Jakarta Timur (1981), None Jakarta Tingkat Propinsi DKI Jakarta (1981), Masa Kerja 15 Tahun dari Gubernur DKI Jakarta (1999), Satyalancana Karya Satya 10 tahun, dari Presiden Republik Indonesia (2004), Wisudawan Terbaik dengan Predikat Cum Laude pada Strata III Manajemen Pendidikan Univ. Negeri Jakarta TA 2004/2005 dari UNJ (2005), Lulusan Terbaik Pada Program Akta Mengajar V dari UNJ (2007), Penghargaan sebagai Walikota Wanita I di DKI Jakarta dari MURI (2008), Salah Satu dari 100 Wanita Indonesia Terinspiratif 2009 oleh Majalah Kartini (21 April 2009), Penghargaan Walikota Pemrakarsa Pembersihan Halte-halte di Jakarta Pusat dari MURI (2009), Penghargaan Ibu Kasur Award 2009 atas jasa Perhatian & Kepeduliannya kepada Anak –anak Indonesia dari Yayasan Pena Indonesia & Mensos RI (2009), 5 Besar Terbaik pada Pendidikan Lemhannas RI PPRA XLIV (2010), Penerima “Indonesia Digital Women Award 2013 kategori Indi Womenprofesional (PT Telkom Indonesia), Penghargaan Bintang Legiun Veteran RI (2013), Perempuan Terbaik dan Terpopuler Indonesia versi Litbang Detik Indonesia (2020).

“Usia saya tidak lagi muda dan seluruh proses yang sudah dilalui, saya sangat mensyukurinya. Bukan hanya di dunia politik, mengenyam pendidikan hinggga menjadi Guru Besar juga menjadi spirit utama yang ingin saya tularkan kepada sesama. Pengabdian saya di DKI bersama tujuh Gubernur dari masa ke masa sebanyak 11 amanat jabatan dan 31 tahun ini menjadi reward bagi diri saya yang dalam amanat saya sendiri untuk mengabdikan diri sepanjang hidup,” tegas Prof. Sylvi yang memiliki prinsip utama dalam hidup, menjadi pribadi yang bermanfaat lewat jalan yang dipilihnya, yaitu politik, yang digunakannya sebagai sistem untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada nilai-nilai kebangsaan.

Prof Sylvi merupakan merupakan mantan birokrat yang lama berkarier di lingkungan pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Ia tercatat sukses bertugas hingga jabatan PNS paling puncak yaitu Eselon I dengan posisi Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta (2015-2016). Pada 2017, ia menjadi salah satu calon Wakil Gubernur DKI Jakarta yang berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono.

Lestarikan Budaya Betawi

Lulusan Sarjana Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Jayabaya (1980), Pasca Sarjana Manajemen Kependudukan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1990), Doktor Manajemen Pendidikan Fakultas Kependidikan Universitas Negeri Jakarta (2005) ini menekankan, setiap pembangunan dan perubahan tidak mungkin berasal dari satu orang saja. Banyak peran kerja tim khususnya di lingkungan Pemrov DKI Jakarta yang saling bahu membahu membangun DKI Jakarta. Kerja nyata yang dapat dimanfaatkan masyarakat dimulai dari terbentuknya Beranda Betawi yang terdiri dari Perpustakaan, UMKM dan Kesenian. Di sisi lain, pembenahan jalanan rusak dan masalah sampah yang sudah disterilkan merupakan langkah nyata kerja tim dalam upaya membangun loyalitas demi DKI Jakarta tercinta.

Prof. Sylvi menegaskan bahwa kesadaran untuk melestarikan budaya nenek moyang, dalam hal ini Betawi, mesti ditopang oleh seluruh kekuatan stakeholders. Semua harus berperan aktif dengan berbagai perangkat yang dimiliki untuk terus menerus mewariskan budaya Betawi ini.

“Pada sektor Pendidikan, Budaya Betawi harus masuk menjadi kurikulum inti. Pada sektor Wisata, harus berani menjadikan produk budaya Betawi sebagai ikon di semua penjuru destinasi. Kemudian di sektor Ekonomi, bagaimana kreativitas warga Betawi dalam memasarkan produk budayanya didukung penuh sehingga bisa masuk di pasar internasional. Dan tidak lupa, sektor SDM juga mesti menyentuh kalangan remaja dan milenial agar mereka percaya diri mencitrakan dirinya sebagai orang Betawi yang cinta warisan leluhur,” ucap Prof Sylvy.

Seperti budaya Betawi dalam bidang wastra. Agar Batik Betawi bisa sepopular batik-batik daerah lain dan bisa mendunia, menurut Prof Sylvi desain harus bagus, tidak menghilangkan motif dasar sebagai identitas Betawi, dan relevan dengan model yang digandrungi milenial.

“Sebetulnya, persoalannya ada pada bagaimana sistem memasarkan batik Betawi sehingga bisa masuk ke pasar global. Kedua, gencarkan pameran dan fashion show. Ini berkaitan erat dengan political will Pemerintah juga apakah ada kecenderungan terhadap mendongkrak batik Betawi ini atau tidak. Saya terus mendorong agar batik Indonesia, termasuk Betawi pastinya untuk bisa go global. Batik, termasuk dari Betawi layak diakui dunia, kenapa? Karena UNESCO menilai masyarakat Indonesia memaknai batik dari prosesi kelahiran sampai kematian. Dan jangan lupa, batik Indonesia sudah resmi menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia ke-3, setelah keris dan wayang,” tegas istri dari H. Gde Sardjana, Dipl. Ing, SE. M.M., serta ibunda dari Shandy Aditya, BIB. MPBS (Dosen di UNJ, yang menikah dengan Elina Rahmita Sofian, S.Hum, Grad. Dip., memiliki 3 orang: Cherry Zealandia Aditya, Tsar Wiranegara Aditya Victoria dan Annabelle Aditya) dan dr. Monica Andalusia, SpKJ (menikah dengan dr. Agatha Pradana, M.Si., SpOG, memiliki 2 orang anak: Hastabrata Alaric Pradana dan Kamaniya Ghayatri Pradana) ini.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top