Cover Story

Maria Fransisca, Dipl. Cidesco, Dedikasi untuk Memberikan Edukasi Secara Jujur dan Tulus

MajalahKebaya.com, Jakarta – Edukasi untuk memberikan pemahaman terbaik kepada masyarakat tentang dunia kecantikan menjadi rutinitas dr. Maria Fransisca, Dipl. Cidesco dalam profesinya sebagai dokter. Dokter kelahiran Lampung, 19 Februari, yang juga fokus menjadi ibu rumah tangga ini, merupakan sosok di balik kesuksesan Skincare Dricha. Ia lebih banyak memberikan edukasi di platform media sosial, TikTok.

Dr. Ika tak pernah lelah menyampaikan informasi dan pengetahuan tentang krim-krim berbahaya yang mengandung merkuri. Edukasi yang diberikan menyasar semua kalangan masyarakat khususnya pengetahuan tentang kandungan merkuri dan bahan-bahan berbahaya lainnya di dalam produk kecantikan. Target pasarnya adalah orang-orang yang tidak mengerti dan kurang paham tentang bahaya yang ditimbulkan oleh bahan-bahan tersebut. Jadi selama beberapa tahun, ia juga membahas perbedaan ciri-ciri fisik krim yang tidak berbahaya dan berbahaya.

“Di TikTok ada satu series.. saya membongkar krim merkuri ini dari berbagai merek sampai netizen akhirnya banyak yang sadar kalau krim yang mereka gunakan itu berbahaya. Sekarang ini banyak penyalahgunaan obat keras yang dijual bebas oleh oknum. Makanya saya suka bahas juga. Sekarang bahkan bahayanya itu karena produk-produk tersebut sudah BPOM, tetapi ada kandungan obat dan itu bisa lolos padahal di pabrik sudah ada notice, tapi setelah keluar dari pabrik dioplos lagi dan susah mengidentifikasi lagi jadi yang kena masyarakat juga.”

Dr. Ika berusaha memberikan pemahaman yang tidak terbatas pada perawatan wajah atau pemakaian krim berbahaya, tetapi menginformasikan secara mendalam apa sesungguhnya yang dibutuhkan kulit dan cara penanganan dari berbagai permasalahan kulit.

“Sebenarnya kasihan juga.. jadi bingung mau pakai yang mana kalau semua berbahaya. Apalagi banyak yang ingin putih instant dan glowing. Tapi saya tetap berusaha untuk mengedukasi masyarakat, strateginya lebih ke cara bicara dan penyampaian. Makanya saya tidak tunjuk brand tertentu, jadi saya tidak melanggar UU ITE. Sama kalau ada korban dari krim ini, saya kan bekerja sama dengan BPOM, jadi kalau ada korban bisa lapor ke link-nya BPOM.”

Dr. Ika fokus dan melewati proses edukasi di dunia media sosial sudah selama tiga tahun. Ia rajin meng-upload konten sebanyak tiga kali dalam sehari. Idenya datang secara spontan dan dari dalam diri sendiri. Dokter yang gemar nonton dan kulineran ini, mengerjakan proses produksi secara mandiri dengan keyakinan bahwa kontennya dapat memberikan pencerahan bagi masyarakat.

“Saya mengedukasi tentang jenis-jenis kulit dan cara menentukan perawatannya, ciri-ciri kulit berminyak, kulit kering dan lain-lain. Karena sebelum kita melakukan perawatan, kita harus memahami dulu jenis kulitnya. Saya lebih banyak mengedukasi daripada saya menjual produk sendiri. Saya juga sering live dan langsung berinteraksi untuk memberikan edukasi.”

Utamakan Waktu Bersama Keluarga. Memutuskan menjadi content creator bukan berarti tidak memiliki waktu yang berkualitas bersama keluarga tercinta. Sebaliknya meskipun dr. Ika sangat enjoy memberikan edukasi karena itu sangat menyenangkan baginya, ia tetap dapat memberikan kenyamanan dan kebahagiaan untuk kedua buah hati tercinta, Jason Immanuel Theodores (Kelas 6 SD) dan Jillian Callysta Theodores (Kelas 4 SD). Tak hanya itu saja, dr. Ika juga bersyukur selama berkarier ia mendapat dukungan penuh dari suami.

“Saya happy dengan kondisi sebagai ibu rumah tangga dan content creator yang memberikan banyak edukasi. Waktu luang saya tetap banyak untuk dihabiskan bersama keluarga.”

Istri dari Thio Ananda Steven VT, Sp.Rad ini, memiliki rencana ke depan untuk mengembangkan channel Youtube dan membuka beauty store di beberapa kota. Tahun ini, ia akan meluncurkan outlet untuk brand miliknya sendiri agar dapat menjangkau konsumen yang ingin bertransaksi secara offline.

“Saya mau mengembangkan konten kesehatan tidak hanya di TikTok, tapi diperluas ke channel Youtube. Selama ini kan TikTok edukasinya sepotong-sepotong jadi kurang panjang dan kurang jelas. Jadi saya berencana untuk mengembangkan konten edukasi melalui channel Youtube.”

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top