Profil

Dr. Fully Handayani Ridwan, S.H., M.Kn, Berkarya dan Menjadi Manfaat bagi Bangsa Lewat Pendidikan

MajalahKebaya.com, Jakarta – Menjadi seorang Dosen, Notaris dan PPAT sebenarnya bukan menjadi cita-citanya. Namun jalan Tuhan telah menempatkan Dr. Fully Handayani Ridwan, S.H., M.Kn atau akrab disapa Fully, untuk menjadi pendidik. Meskipun impiannya di masa kecil ingin menjadi Diplomat, Fully bersyukur memiliki panggilan sebagai dosen dan menikmati setiap prosesnya. Menjadi dosen bukanlah profesi yang bergelimang uang atau bisa menjadi kaya raya, tapi perempuan kelahiran Jakarta, 17 Desember ini, selalu mengingat pesan seniornya dulu untuk tidak takut menjadi dosen. Hidup pastinya akan cukup dan terbukti benar.

“Gaji memang tidak besar, tapi rejeki bukan hanya dari uang saja kan. Melihat kesuksesan mahasiswa itu menjadi kepuasan yang luar biasa. Apalagi jika ilmu yang bermanfaat ini mengalir terus.”

Fully merupakan seorang dosen di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan juga menjalani kesibukan sebagai Notaris & PPAT di Kabupaten Tangerang. Sebagai seorang pendidik, ia sudah menyelesaikan program Doktoral yang merupakan jenjang pendidikan tertinggi secara akademik. Namun ia ingin mencapai gelar Guru Besar sebagai bentuk pengabdian tertinggi.

“Dan itu masih berproses dan bukanlah hal yang mudah. Karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Sementara sebagai seorang Notaris & PPAT juga harus tetap menjaga integritas dan kualitas pekerjaan yang dilakukan.”

Fully yang juga aktif dalam beberapa organisasi sosial, mengungkapkan bahwa perjalanan hidupnya belum mencapai puncak karier. Ia masih menikmati prosesnya, sehingga setiap hari merupakan awal hidup yang diharapkan dapat menjadi bermanfaat untuk orang lain. Fully selalu teringat akan sebuah Hadist “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat” Jadi hidup kita memang harus menjadi manfaat untuk banyak orang.

“Makna kehidupan yang sesungguhnya jika kita menjadi berarti. Melalui edukasi dan memberikan semangat, saya berjuang untuk menjadi bagian dari cahaya mencerdaskan kehidupan bangsa.”

Sosok Inspirasi. Banyak sosok yang menginspirasi dalam perjalanan karier dosen yang gemar membaca buku, bernyanyi, menonton film dan perawatan ke salon ini. Namun, Fully sangat kagum dengan perjuangan Ibu tercinta sebagai bagian dari kehidupannya. Sementara untuk pahlawan nasional, ia terinspirasi sosok Ki Hadjar Dewantara dan RA Kartini. Menurutnya, mereka mampu menjadi pendidik yang tangguh dengan cara mereka sendiri.

“Untuk tauladan bagi saya adalah Khadijah RA, istri Rasulullah Nabi Muhammad SAW, seorang perempuan hebat, pengusaha mandiri, namun sangat dicintai oleh Rasulullah SAW dan mampu membantu jihad Rasulullah SAW di masa itu. Terlihat jelas seorang perempuan hebat di dalam Islam itu tidak membuat laki-laki menjadi inferior, bahkan sangat dihormati, dihargai dan dicintai.”

Kontribusi Perempuan dalam UMKM. Perempuan itu sejatinya terlahir sebagai warrior atau pejuang. Mereka mampu bertahan dalam segala situasi baik dalam keadaan senang atau pun sulit. Terlihat jelas saat pandemi Covid-19 kemarin, para perempuan sigap mengubah dapur rumahan menjadi home industry dengan bantuan social media dan kurir.

Fully meyakini bahwa perempuan itu seperti cahaya dalam kegelapan. Mereka tahu bagaimana caranya bertahan hidup. Perempuan dan UMKM di Indonesia merupakan satu kesatuan karena mayoritas penggerak UMKM, pelaku usahanya adalah perempuan dengan bidang yang beraneka ragam mulai dari kuliner, laundry, interior, designer, pertanian, peternakan, pakaian, industri kreatif dan lain-lain.

“UMKM di Indonesia mayoritas digerakkan oleh perempuan. Tinggal memberikan kesadaran hukum saja, misalnya untuk pendirian usaha, legalitas, perijinan, pengurusan hak kekayaan intelektual dan lainnya. Kalau sudah sukses bisa terlihat jelas, perempuan-perempuan Indonesia itu hebat dan berdaya. Saya juga turut berkontribusi dengan tetap memberikan edukasi sesuai bidang saya. Misalnya saya adakan seminar, workshop, diskusi tentang perempuan, UMKM, hak-hak perempuan, perjanjian, hukum keluarga yang semuanya dari sisi hukum sesuai bidang keahlian saya.”

Tantangan Perempuan Indonesia. Tantangan yang dihadapi perempuan Indonesia, menurut Fully seringkali dianggap tidak cakap, tidak mampu, dianggap sebelah mata oleh orang-orang yang patriarkis. Perempuan dianggap tidak cocok menjadi pemimpin karena dianggap terlalu banyak menggunakan perasaan dibanding logika. Padahal banyak perempuan hebat yang sudah menunjukkan kemampuannya.

Tantangan selanjutnya adalah perempuan Indonesia selalu dikaitkan dengan urusan dapur, sumur dan kasur serta tidak boleh melebihi kemampuan suami, tidak boleh berbeda pendapat dengan suami karena dinilai tidak taat. Mindset seperti ini yang harus diubah dari budaya yang kita miliki. Perempuan Indonesia juga sering dianggap lemah dan tidak boleh mengerjakan bidang “laki-laki”.

“Padahal stigma ini sangatlah salah. Harus diubah bahwa kesetaraan gender itu bukanlah melawan kodrat. Yang menjadi kewajiban dan kodrat perempuan ya harus dilakukan terlebih dulu. Misalnya menjadi seorang ibu, melahirkan dan menyusui. Tapi cuci baju, menyapu, membersihkan rumah itu kewajiban yang seharusnya dilakukan bersama-sama bukan hanya dibebankan kepada perempuan.”

Menyikapi setiap perubahan yang terjadi, perempuan harus cerdas dengan kemampuan ilmu dan teknologi. Tidak gaptek dan mampu memanfaatkan teknologi dengan baik. Tugas perempuan yang sudah menjadi ibu adalah madrasah utama untuk anak-anaknya. Jadi perempuan dituntut menjadi orang yang cerdas, update informasi dan mampu menggunakan teknologi dengan baik.

“Saya sebagai perempuan yang aktif memanfaatkan teknologi. Peran kemajuan teknologi sangat besar karena pekerjaan saya banyak melalui email, telepon, meeting melalui Zoom dan Gmeet. Saya mobile juga, maka handphone, laptop dan iPad menjadi teman setia. Harapan saya semoga perempuan Indonesia dapat terus berkarya, berdaya dan bermanfaat. Bawalah Indonesia maju dengan kebanggaanmu.”

Tidak Melupakan Me Time. Kesibukan yang padat dan menguras banyak tenaga membuat Fully tidak akan pernah melupakan me time. Fungsinya tentu untuk menjaga stamina dan menyegarkan pikiran. Ibunda dari Felicita Rahma Maritza (Kuliah S1 di ITB) dan Farica Davina Ramadhanty (SMA Kelas XII) ini, menghabiskan me time dengan melakukan perawatan rutin seperti massage, lulur, creambath, manicure, pedicure di salon.

“Selain itu saya suka baca novel, nonton film, mendengarkan musik atau sekedar hangout dengan teman-teman. Rasanya itu adalah reward untuk diri saya. Berterimakasih pada tubuh saya yang setiap hari sudah diajak bekerja, macet-macetan, berpkir dan lelahnya ketika sampai di rumah.”

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top