MajalahKebaya.com, Jakarta – Kontribusi perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat besar dan signifikan. Dalam beberapa dekade terakhir, menurut Pramita Ambar Sari Pane, perempuan telah berkontribusi dalam berbagai bidang dan telah membuka banyak peluang baru untuk perempuan di seluruh dunia. Namun, meskipun kontribusi dan peran perempuan semakin diakui, masih banyak tantangan yang harus diatasi dalam mencapai kesetaraan gender yang sebenarnya.
Perempuan kelahiran Jakarta, 26 Maret yang akrab disapa Mita Pane ini menegaskan, untuk meningkatkan peran dan kontribusi perempuan ada beberapa langkah yang dapat disarankan di antaranya memberikan akses yang lebih luas di bidang pendidikan, meningkatkan kesadaran tentang kesetaraan gender, meningkatkan akses perempuan untuk mendapatkan peluang kerja yang kompetitif dan menghapus kekerasan terhadap perempuan. Semua hal ini tentunya harus didukung oleh komitmen kuat dari pemerintah dan masyarakat untuk mencapai kesetaraan gender.
Mita Pane cukup jeli memerhatikan perkembangan kemajuan peran perempuan di segala bidang, khususnya di bidang politik. Namun ia menyadari banyak kendala yang harus dihadapi di antaranya diskriminasi, minimnya dukungan finansial dan jaringan serta kurangnya representasi perempuan di posisi kepemimpinan.
“Peluang bagi perempuan di bidang politik adalah semakin meningkatnya kesadaran tentang pentingnya representasi perempuan dalam kepemimpinan. Adanya Undang-Undang dan kebijakan yang mendukung partisipasi perempuan dan meningkatnya dukungan masyarakat untuk perempuan yang terlibat di politik.”
Mita Pane yang terlibat di dalam dunia politik sekaligus sebagai istri dari suami tercinta, seorang politisi yang saat ini duduk sebagai Anggota Dewan, bersyukur mendapatkan kesempatan untuk terlibat bersama sosok perempuan lain. Mita tergabung dalam PIA DPR RI, yaitu organisasi Persatuan Istri Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Organisasi ini beranggotakan istri-istri anggota DPR RI dan bertujuan untuk memperkuat hubungan sosial dan solidaritas antara para anggota.
“Saya termasuk dalam anggota tersebut sejak 2014 sampai saat ini. Dalam struktur organisasi PIA, saya pernah menjabat sebagai Sekretaris periode 2014-2018 dan Ketua Kerohanian periode 2019-2024. Saya juga terlibat aktif dalam kegiatan sosial yang diadakan PIA seperti bakti sosial dan kegiatan lainnya.”
Mita Pane menegaskan bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih jalur yang diinginkan dalam hidup, termasuk memilih apakah ingin terjun ke dunia politik atau tidak. Ada banyak cara untuk berkontribusi pada masyarakat tanpa harus terjun ke dunia politik, seperti melalui kegiatan sosial, sukarela atau usaha yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat secara umum.
Bangga Menjadi Istri Politisi. Sebagai istri politisi, Mita Pane mengalami beberapa suka dan duka di dalam perjalanan hidupnya. Ada rasa bahagia dan bangga ketika melihat suami memimpin dan membuat perbedaan dalam masyarakat. Selain itu, ia juga dapat bertemu dan berinteraksi dengan orang-orang yang berpengaruh. Namun di sisi lain, Mita Pane merasakan ada beberapa tantangan dan risiko yang mungkin dihadapi sebagai istri politisi seperti kehilangan privasi, tekanan, kritik dan keamanan dan kesulitan menemukan waktu bersama keluarga.
“Kehidupan pribadi mungkin menjadi terbuka untuk publik. Saya merasakan suami mungkin sering dikritik dan mendapatkan tekanan dari media dan masyarakat. Ditambah berhubung kehidupan sebagai politisi mungkin membutuhkan banyak waktu dan energi, sehingga sulit menemukan waktu bersama keluarga. Ini yang menjadi suka duka, tantangan dan risiko yang saya rasakan sebagai istri politisi.”
Kualitas Waktu Bersama Keluarga. Kebersamaan dengan keluarga merupakan me time yang tidak pernah tergantikan. Ia selalu menikmati kebersamaan tersebut dengan semua kegiatan yang telah dilalui bersama keluarga. Selama dikelilingi orang-orang tersayang, Mita Pane menjadikan rasa itu sebagai sumber kekuatan dan kebahagiaan.
Sebagai seorang ibu, Mita Pane selalu mendoakan dan berharap anak-anaknya yaitu Ryzki Aufa Helmi Rachmansyah (Kuliah/21 tahun), Callista Aliya Sari (Kuliah/19 tahun), Cleo Nabila Sari (kelas 3 SMA/17 tahun) menjadi anak-anak yang soleh dan solehah. Pola asuh dan didik kepada buah hati tercinta, ia senantiasa bersandar dan sesuai Alquran dan Sunnah, yaitu moral seperti yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabat-sahabat Rasul. Mita menekankan pendidikan agama bagi putra-putrinya. Ia selalu mengajarkan dan mengingatkan kepada anak-anaknya untuk selalu menjaga adab dan akhlak di mana pun mereka berada.
Istri dari Didik Mukrianto ini, percaya membagi waktu dan perhatian antara pekerjaan rumah, mendidik anak dan mendampingi suami politisi, menjadi tantangan tersendiri. Namun dengan komunikasi yang efektif antar anggota keluarga, ia dapat mengatur jadwal waktu bersama, mendelegasikan tugas rumah tangga, memanfaatkan teknologi yang ada.
“Dukugan keluarga dan teman-teman dapat membantu saya dalam menjalankan peran tersebut. Karena saya menyadari peran istri dalam keluarga sangat penting terutama dalam menjaga keharmonisan dan kesejahteraan keluarga.”
Menjadi istri dan ibu yang baik bagi Mita Pane adalah mampu menjadi sosok yang baik dan mengutamakan kepentingan serta kebutuhan keluarga. Banyak cara yang dapat dilakukan seperti menjaga kebersihan dan kesehatan keluarga, memberikan dukungan emosional, menjadi pendidik dan pembimbing anak-anak, menjaga komunikasi yang baik, mengelola keuangan serta mendukung suami dalam berkarier. Semua peran tersebut dapat membantu menciptakan keluarga yang bahagia dan sehat, serta memastikan bahwa kebutuhan setiap anggota keluarga dapat terpenuhi dengan baik.
“Dan yang terpenting adalah kita harus menjadi pribadi yang jujur, amanah, dan menjadi hamba yang bertakwa. Karena dengan kita bertakwa kepada Allah kita akan selalu takut melakukan hal-hal yang dilarang olehNya. Jadi sehebat dan sepintar apapun kita, tanpa adanya campur tangan Allah kita ini bukan siapa-siapa. Kita bisa seperti ini semua karena atas izin Allah..”
