Profil

Adinda Puri, Berhasil Mengubah Trauma Masa Lalu Menjadi Peluang Bisnis Menjanjikan

MajalahKebaya.com, Jakarta- Pengalaman masa sekolah yang tidak menyenangkan membuatnya beberapa kali harus memilih untuk pindah sekolah. Body shaming yang dialami karena memiliki berat badan 120 kg membuat Adinda Puri pernah mengalami keterpurukan, kesepian dan perasaan tidak berharga. Namun memiliki pengelolaan emosi dan pikiran yang baik berhasil membuat perempuan kelahiran 12 Juni 1994 yang akrab disapa Adinda ini, menemukan peluang menjadi entrepreneur.

Adinda menempuh pendidikan di Global Jaya International School dan menamatkan pendidikan menengah di Jakarta International Multikultural School, kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikan fashion di LaSalle College International, meskipun sempat off. Setelah tamat, wanita yang hobi menggambar ini pun nekat membuka restoran di usia 19 tahun.

“Waktu itu biaya masih dibantu sama orang tua. Awalnya masih jual roti bakar, kopi sachet dan makanan ringan. Saya yang belanja, masak dan mengatur keuangan. Saya tidak merekrut orang karena nanti kalau dia tidak ada, saya tidak bisa paham. Akhirnya saya belajar dan terus mengembangkan bisnis, sampai sekarang sudah jadi tempat wedding venue yang dapat menyajikan hingga 1.000 pack.”

Bisnis restoran terus berkembang dengan baik tidak membuat Adinda berhenti menggali potensi dan talenta yang dimiliki. Pada 2016-2017, ia memutuskan tinggal di Amerika dan bersekolah tari di International Dance Academic Hollywood. Kembalinya dari Amerika, ia sempat bertemu dengan rekan-rekan sosial media marketing dan tertarik mengambil kelas untuk menambah pengetahuan mengenai bidang tersebut. Sayangnya Adinda mulai mengalami kebosanan karena ia belum menemukan passion yang tepat.

“Akhirnya saya memutuskan buka restoran khusus healthy food di Bali pada tahun 2019. Pertengahan tahun 2020, saya pindah ke Bali dan konsisten dengan healthy food khususnya makanan low fat atau low calories. Saya memposisikan diri sebagai customer, jadi kalau saya tidak mau beli berarti saya tidak akan mau jual. Saya menghadirkan healthy food yang dibutuhkan masyarakat. Belum lama ini saya baru launching selai kacang dengan rasa yang sama. Intinya makanan sehat bukan berarti makanan yang boring, tetapi tetap lezat dengan porsi yang terkontrol.”

Semua resep yang dikelola merupakan hasil racikan dan kolaborasi antara pengetahuan dengan keterampilan. Adinda berhasil menghadirkan hal tersebut khususnya healthy food yang bersumber dari rasa dan pengalaman masa lalu. Ia ingin menghadirkan makanan sehat yang dapat membantu konsumennya tetap menikmati kelezatan, tetapi dengan komposisi sehat dan kalori yang dikontrol dengan baik.

Diri Sendiri Merupakan Kompetitor. Kompetitor utama dalam berbisnis adalah diri sendiri. Ini merupakan pernyataan yang diyakini lulusan Diploma 1, Certificate Program Fashion Illustrator (LaSalle College), Certificate Program Seni Tari di International Dance Hollywood (Los Angeles, California). Berdamai dengan diri sendiri dan tidak pernah menyerah dalam menggali kemampuan diri membuat ia berhasil mendirikan Tamarin Nurseries Garden & Café, Organicali Bali dan Purifields Indonesia.

“Daripada saya membandingkan bisnis saya dengan orang lain, saya memilih untuk memikirkan diri sendiri saja. Saya tidak takut dengan persaingan bisnis, tetapi saya takut dengan diri saya sendiri. Karena saya harus mengalahkan diri sendiri untuk menghasilkan dan mengembangkan bisnis, sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain. Mengalahkan rasa malas dan rasa takut untuk berkreasi dan berinovasi.”

Refleksi dan meditasi menjadi upaya rutin yang dilakukan Adinda untuk menghadapi segala tantangan dalam mengembangkan diri. Kebiasaan berkumpul dengan lingkungan yang sehat dan memotivasi semangat dalam kehidupan menjadi kebiasaan selanjutnya yang dipilihnya.

“Berkumpul dengan lingkungan yang sehat di mana saya bisa merasakan dukungan dan semangat dari teman-teman. Berani untuk menjauhkan diri dari lingkungan yang tidak membuat kita maju. Sederhananya, lebih memikirkan masa depan daripada ngomongin orang.”

Peran Perempuan Sebagai Entrepreneur. Entrepreneur, menurut Adinda merupakan mindset seseorang yang mampu memimpin dan menjadi contoh. Tidak hanya di suatu perusahaan, namun berkontribusi sosial di lembaga lain. Entrepreneur adalah orang yang memiliki ide eksklusif untuk mendirikan usaha dan strategi baru. Peran perempuan sebagai entrepreneur sangat dibutuhkan sebagai pendukung dan pendorong perekonomian bangsa. Adinda yang terlibat aktif di dunia entrepreneur bersyukur dapat berkontribusi dan mendapatkan penghargaan sebagai Duta Entrepreneur Perwakilan Bali dengan temanya Perempuan Berdaya Ekonomi Berjaya. Adinda percaya peran perempuan berdaya akan membangun kemandirian perempuan secara finansial.

“Dengan sehatnya finansial, perempuan mampu berkarya ketika sudah berada di era independen. Otomatis akan berpengaruh besar terhadap keluarga, bangsa dan negara. Di sini akan muncul figur-figur perempuan hebat yang berpotensi membuat ekonomi Berjaya.”

Selain berperan penuh untuk keluarga, perempuan diharapkan memiliki kebebasan untuk bekerja dan berkarya. Sepenuhnya perempuan memiliki potensi menciptakan kekuatan yang akan menghadirkan koneksi dan mengaktualisasikan kemandirian finansial.

“Untuk perempuan Indonesia, jangan sia-siakan waktu dan peluang yang ada karena peluang itu seperti bumi memutari matahari. Datangnya sesekali dan jangan disia-siakan. Waktu yang ada untuk belajar dan membagi ilmu karena pengetahuan adalah kekuatan. Kekuatan yang dibagikan akan menjadi kekuatan yang dilipatgandakan. Semakin kita sharing knowledge, ilmu kita semakin kuat. Ini pentingnya kita berkontribusi terhadap masyarakat. Karena itu, saya bertekad untuk bergabung di organisasi masyarakat.”

Aktif Terlibat dalam Organisasi Masyarakat. Adinda tergolong aktif di dalam organisasi. Ia tergabung dalam organisasi lingkungan hidup, organisasi Masyarakat SAPMA Pemuda Pancasila dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Ia banyak mengikuti kegiatan sosial karena masa lalu yang kurang menyenangkan.

Adinda pernah kehilangan tujuan hidup dan hampir berfikir untuk mengakhiri hidupnya. Namun ia berusaha menemukan tujuan hidup baru dengan kegiatan charity untuk sesama. “Jika saya pada saat itu tidak mampu menemukan tujuan hidup untuk diri saya sendiri, mungkin saya bisa temukan tujuan hidup yang lebih bermakna, dengan amal dan bakti sosial untuk orang lain yang membutuhkan saya.”

“Waktu masih sekolah saya tidak punya teman dan sempat di-bully. Dari sana saya berusaha mencari teman di tempat lain. Dapat dikatakan saya besar di organisasi masyarakat. Masa-masa pernah di-bully, pernah mengalami pelecehan seksual pada masa kecil, pernah dikhianati oleh mantan pacar dan hampir dijual, sehingga saya merasa ingin mengakhiri hidup. Namun dari pengalaman tersebut saya bersyukur memiliki banyak koneksi teman-teman baik dan saya belajar dari pengalaman banyak orang. Di luar sana banyak yang membutuhkan figur untuk ditolong dan didengarkan.”

Tidak hanya berbisnis dan berorganisasi, Adinda juga memiliki ketertarikan dalam hal menari, mengajar lukis dan olahraga air yaitu jetski.

“Saya memang hobi menari dari TK. Belajar hip hop, ballet, jazzy dan contemporary jazz. Sehari bisa lima jam dance dan break-nya 15 menit dari Senin sampai Jumat. Ini untuk good for healing, tapi ke depannya ada harapan untuk membuka kursus menari dan melukis.”

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top