Profil

Siti Mukaromah, S.Ag., M.AP, Peran dan Kemampuan Perempuan Berkontribusi Positif Pada Kemajuan Bangsa

MajalahKebaya.com, Jakarta – Pendidikan masa kecil yang mengajarkan untuk memperhatikan manfaat suatu perbuatan bagi orang banyak. Prinsip dan semangat itu yang selanjutnya memandu berbagai aktivitas Siti Mukaromah, S.Ag., M.AP, perempuan tangguh kelahiran Banyumas, 1 Februari, yang akrab disapa Erma. Ia telah mewarisi semangat perjuangan ke-NU-an dari orang tuanya. Almarhum Bapak Mubarok, ayahnya, berkiprah di NU Anak Cabang Kedung Banteng, demikian pula ibunya, Hj. Siti Tadzkiroh, aktif di Muslimat NU.

Erma merupakan putri ke-7 dari 9 bersaudara. Ia memulai perjalanan organisasi dari Pramuka di MI Ma’arif Dawuhan Kulon. Berorganisasi menjadi kegemarannya yang dilanjut menjadi OSIS di MTs N Purwokerto. Erma sempat menempuh pendidikan pesantren di Pondok Pesantren Al-Hikmah Benda-Sirampog, di bawah asuhan Almaghfurlah Abah Kyai Masruri Mughni.

Saat Erma bersekolah di SMA Diponegoro 3 Karanglewas, ia bergabung dengan IPPNU, organisasi yang terus dikhidmati hingga tingkat nasional, sebagai Ketua PP IPPNU (2000-2003) dan sebagai Pembina (2003-2006). Erma bergabung dengan PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) IAIN Purwokerto (sekarang UIN SAIZU Purwokerto) dan mendapat amanat untuk mengetuai KOPRI (Korp PMII Putri) Cabang Purwokerto masa khidmat 1995-1997. IPPNU dan PMII memperkuat nafas ke-NU-an yang telah dikenal Erma sejak memperoleh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah dan menyemaikan semangat pergerakan.

Setelah IPPNU, pada periode 2005-2010, Erma dipercaya menjadi Anggota Litbang PP Fatayat NU. Di periode berikutnya ia diamanati sebagai salah satu Sekretaris dan kemudian Ketua PP Fatayat NU 2010-2015. Saat itu ia dipercaya untuk mewakili PP Fatayat di BMOIWI (Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita indonesia).

Kemampuan Erma yang mumpuni dalam berorganisasi, memimpin, dan lain-lain, ditempa terutama saat ia masih berada di Fatayat yakni dari tahun 2005 hingga 2022. Kariernya, diawali sebagai Anggota Bidang, lalu Sekretaris Bidang, dan tidak lama dipercaya sebagai Ketua Bidang periode 2010-2015. Pada 2015 hingga 2022 ia dipercaya sebagai Ketua Bidang Hukum, Politik, dan Advokasi. Di sinilah kemampuan diri diasah bagaimana berorganisasi, melakukan advokasi, dan pemberdayaan kepada masyarakat, hingga kemudian menjadi Ketua PP Fatayat NU (2010-2015).

Sebenarnya Erma mulai aktif di politik sejak tahun 2002, hingga diangkat sebagai Sekjen DPP Perempuan PKB (PPKB) periode 2005-2007. Pada periode selanjutnya, Erma ditarik sebagai pengurus DPP PKB sebagai Wakil Sekjen (2008-2014) dan pada saat yang sama menjabat sebagai salah satu Ketua DPP Perempuan Bangsa PKB.

Lika Liku Perjalanan Karier. Selesai menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas, ibunda dari Ludmilla Elleanore Hikmatulmawla dan Fredzio Avniel Hikmatulmawla serta istri dari Johan Suprayitno ini, tidak langsung kuliah. Ia sempat bekerja di sebuah toko ATK di Jakarta, kemudian lanjut bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan konveksi di Bekasi. Setelah beberapa lama bekerja, posisinya naik di Bidang Administrasi yang mengurus Pengendalian Kualitas Produk (Quality Control) di perusahaan tersebut (1991-1992). Dipanggil orang tuanya, ia pulang ke Purwokerto untuk melanjutkan studi di IAIN sembari bekerja sebagai Cashier di Bank Muamalat.

Selama studi di IAIN Erma mengembangkan usaha rumah tangga, membuat berbagai jenis kue yang diedarkan ke toko-toko kue di Purwokerto.  Setamat kuliah, Erma kembali berangkat ke Jakarta. Kegiatan wirausaha tetap dilakukan selama ia di Jakarta, bersama dengan kegiatannya di berbagai organisasi. Pada tahun 2006, Erma bekerja sebagai Konsultan Investasi pada PT World Index Investment. Bersama suami, Johan Suprayitno, sejak 2008 Erma mengelola gallery kecil kerajinan jati.

Pada tahun 2014, Erma terpilih sebagai Anggota DPR RI mewakili masyarakat Banyumas dan Cilacap. Erma menjalankan fungsi-fungsi sebagai Anggota Parlemen dengan maksimal. Dalam bidang legislasi, ia terlibat secara aktif pembahasan peraturan (regulasi) terkait koperasi, persaingan usaha yang mengancam pelaku ekonomi kecil, perhutanan sosial, larangan minuman beralkohol dan lain sebagainya. Selain itu, Erma juga dilibatkan dalam diskusi-diskusi terkait Rancangan UU Pesantren.

“Dengan bekal Sarjana Agama dan S2 Kebijakan Publik setidaknya sudah jadi modal untuk saya dalam berkarya dan berusaha memberikan yang terbaik untuk masyarakat. Tapi tentunya saya membutuhkan effort yang lebih dalam hal belajar karena ilmu-ilmu di lapangan banyak yang tidak saya pelajari di bangku pendidikan. Saya bersyukur mendapatkan kesempatan untuk belajar dan tanggung jawab dalam menuntaskan tugas-tugas.”

Selama menjalankan tugas dan tanggung jawab, Erma selalu membangun kontak dengan masyarakat Banyumas dan Cilacap yang tidak lain merupakan hulu dan muara aktivitas politiknya. Ia hadir langsung membantu korban bencana alam, menyalurkan bantuan pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana ibadah, pendidikan (Madrasah, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan Perguruan Tinggi), pengembangan olahraga, dan berbagai urusan sosial dan pendidikan lainnya.

Dalam bidang ekonomi, Erma  mementingkan pengawalan revitalisasi sejumlah pasar tradisional, mendampingi pengembangan UMKM berbasis sumber daya lokal, pengembangan usaha nelayan, pelatihan kewirausahaan, mengawal bantuan peralatan, dan seterusnya. Kehadiran dan keterlibatan langsung di lapangan dalam menanggapi berbagai kejadian dan persoalan merupakan kunci untuk memahami masalah dasar yang dihadapi masyarakat. Dengan itu, Erma mengarahkan diri dalam menebar manfaat bagi orang banyak dan menjaga diri agar selalu terhubung dengan akar yang menumbuhkannya: masyarakat Banyumas dan Cilacap.

Membangun Kesadaran dalam Perubahan. Bergerak dalam kebermanfaatan dan sesuatu yang positif tidak dapat direalisasikan dengan mudah tanpa prinsip dan keteguhan hati. Erma memulainya dengan kesadaran dan pikiran positif kepada Allah yang tak pernah berhenti memberikan hal baik. “Manakala kita yakin bahwa Allah pemberi kebaikan dan kita yakin kebaikan itu akan diberikan kepada kita.”

Erma menanamkan niat bahwa seluruh hal baik yang ada harus diniatkan dengan cara yang baik, dikerjakan dengan cara yang baik dan bersama orang-orang yang baik, maka akan menjadi kekuatan dan semakin percaya jika Allah tidak akan membiarkan umat-Nya. Selanjutnya adalah menanamkan sikap positif yang dibangun kepada siapapun tentunya dengan kewaspadaan.

Positive thinking sama orang lain, tapi tetap waspada karena ketika kita yakin orang itu baik, tapi karena diciptakan langit dan bumi, ada baik dan jahat, ada manusia dan ada jin, maka ada sisi baik dan ada sisi buruk. Dari sana kita harus waspada, tapi tetap berpikir positif.”

Kesadaran yang terakhir adalah mengaminkan bahwa segala hal yang didapatkan dan dimiliki tidak semuanya menjadi milik pribadi, tapi ada hak orang lain. Karena itu, Erma belajar tidak menjadi orang yang susah mengulurkan tangan kepada orang lain,

“Saya dilahirkan dari kesederhanaan, dari desa. Ketika saya memperjuangkan masyarakat, maka saya punya kewajiban untuk berpihak kepada mereka dan mempunyai kesempatan untuk berbuat baik. Saya bagikan prinsip ini kepada teman-teman khususnya di tim Rumah Aspirasi Kebangkitan Bangsa (Rumangsa), jadi harus membayangkan situasi yang akan dipahami ketika menghadapi orang dalam kesulitan, tidak berat membantu dan ini yang menjadi motivasi saya.”

Sosok yang Menginspirasi. Ibu merupakan sosok yang menginspirasi dalam kehidupan perempuan yang pernah menjabat sebagai Ketua Yayasan KMPM Jakarta Periode 2006-2014 ini. Ibunya adalah figur luar biasa yang mampu menempatkan diri menjadi pendamping suami tercinta. Seorang ibu dengan segala kesibukannya mampu mendidik tanpa membedakan. Seorang pendidik bagi anak-anaknya, juga seorang organisatoris yang mampu memahami masyarakat yang ada di sekitar, sehingga berhasil menempatkan diri sebagai seseorang yang bertindak bijaksana dalam menghadapi berbagai keadaan. Dari Ibu, Erma memperoleh pembelajaran yang berharga dan jasanya tidak akan pernah tergerus oleh waktu.

“Walaupun Ibu sudah lanjut usia, beliau masih bisa diajak ngobrol politik, cerita tentang dunia perjuangan dan kearifan seorang ibu kepada anaknya. Waktu saya di DPR, beliau mengerti kalau waktu saya untuk masyarakat. Sangat melegakan dan mengharukan. Ibu saya tidak pernah minta apa-apa, hanya berharap anak-anak bisa hidup sehat, melaksanakan tugas dengan baik, menjadi orang yang beragama dan tidak melupakan waktu ibadah.”

Memanfaatkan Waktu Luang dengan Bijaksana. Lulusan SMA Diponegoro 3 Karang Lewas Purwokerto, STAIN Purwokerto dan Pascasarjana Universitas Nasional Jakarta ini, menyadari sebagai Wakil Rakyat hari-harinya akan selalu dipenuhi dengan aktivitas padat. Namun kondisi tersebut tidak membuat Erma merasa lelah. Justru ia terlibat aktif di beberapa kegiatan di antaranya berorganisasi, kerja sederhana bersama teman-teman di rumah dan membangun konsep pendampingan serta penguatan UMKM untuk masyarakat.

“Saya melakukan pendampingan kepada teman-teman UMKM khususnya di Dapil karena ada potensi di Banyumas yang luar biasa. Ada yang sudah sampai export brown sugar organik. Ada yang jualan kue, aksesoris dan lain-lain. Mereka mampu melewati pandemi, dan saat ini bahu membahu bangkit pasca pandemi Covid-19. Bisa mendampingi mereka, merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya.”

Rencana dan Target 2023. Bagaimana melahirkan perempuan yang berkualitas dan mewujudkan 30% kuota perempuan kepada partai serta bangsa Indonesia menjadi target dan rencana yang tiada henti dipanjatkan Erma dalam doanya.

“Kita harus menyiapkan 200 orang perempuan. Di sini membutuhkan perempuan Indonesia yang siap menjadi perempuan yang bisa menjembatani, bisa berjuang, bisa bertarung, bisa survive, bisa full all out di hutan belantara yang tidak saling membedakan antara sesama perempuan. Ini tantangan dan membutuhkan persiapan yang matang. Kita mencoba memberikan kesempatan kepada seluruh perempuan terutama yang siap untuk nyaleg dan berani belajar dengan siapapun.”

Kesempatan yang diberikan kepada perempuan tidak dilepas begitu saja tanpa pembekalan pelatihan untuk meningkatkan kapasiatas bakal caleg. Erma yang berkontribusi di dalamnya turut mendampingi dengan memberikan pelatihan leadership, musyawarah dalam pimpinan dan kurikulum yang disepakati bersama.

“Yang dibentuk adalah sosok perempuan mandiri yang mampu menjadi perempuan sekuat rajawali, namun selembut merpati. Perempuan yang punya mental baja, mampu membangun  jaringan  di Daerah Pemilihan (Dapil) masing-masing dan mampu bekerja tanpa mengeluh.”

Di 2023, Erma berharap ketika menjadi Ketua Umum Perempuan Bangsa, Banom Perempuan PKB, ia mampu melahirkan perempuan berkualitas yang mampu menjawab tantangan dan harapan Partai. Erma percaya, perempuan membutuhkan eksistensi yang bermanfaat untuk masyarakat. Namun untuk menjadi bermanfaat, maka perempuan harus berani meningkatkan kapasitas dan kualitas diri dalam berbagai bidang.

“Harapan pribadi saya di 2023, khususnya di bangsa ini akan melahirkan perempuan yang bisa menjawab bagian dari harapan dan tantangan bangsa Indonesia di hari ini dan di masa yang akan datang.”

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top