MajalahKebaya.com, Jakarta – Ketertarikan dengan anak-anak dan pengalaman bekerja di klinik tumbuh kembang anak yang menangani anak-anak berkebutuhan khusus menjadi energi positif bagi Anggia Farrah Rizqiamuti, perempuan dengan sapaan dr. Gia kelahiran Bandung, 2 Oktober untuk memperdalam ilmu di bidang Sub Spesialisasi Syaraf Anak. Tidaklah heran ketika ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di bidang tersebut meskipun sudah menyandang profesi sebagai dokter anak.
Perjalanan karier dr. Gia dimulai ketika ia diterima di Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran. Ia menamatkan pendidikan Dokter Umum pada tahun 2006 dan langsung mengambil Spesialis Anak yang berhasil diselesaikan pada tahun 2012. Dr. Gia menemukan kesempatan untuk praktik dan menjalankan profesinya di Bandung hingga memutuskan pindah ke Purwakarta.
“Saat ini saya sedang mengambil Sub Spesialis Syaraf. Sudah jadi Dokter Anak, tapi saya sedang mengambil pendidikan tambahan untuk Sub Spesialis Syaraf Anak.”
Mencapai karier sebagai dokter bukan hal yang mudah mengingat dr. Gia wajib menempuh pendidikan yang tidak sebentar. Banyak suka duka yang dialami dan tuntutan untuk terus melakukan update ilmu serta membagi waktu antara keluarga, pendidikan dan pekerjaan.
Dr. Gia terinspirasi Almarhum Ayah tercinta yang juga berprofesi sebagai dokter. Karena itu, ia tidak akan pernah menyerah meskipun rasa lelah menjadi teman sehari-hari. Harapan untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu merupakan target jangka pendek yang berusaha diraihnya. Ilmunya akan bermanfaat untuk memantau perkembangan anak-anak yang berisiko keterlambatan, menangani anak-anak yang mengalami epilepsi, kejang, infeksi susunan syaraf otak dan lain-lain.
“Cita-cita saya agar bidang keilmuan syaraf anak ini bisa dipakai di daerah tempat saya bekerja di Purwakarta. Karena memang di Purwakarta belum ada yang khusus menangani jadi diharapkan mudah-mudahan bisa mengedukasi masyarakat. Sekarang ini saya pulang pergi Bandung-Purwakarta dan seminggu sekali saja untuk praktiknya karena masih pendidikan. Mudah-mudahan setelah selesai pendidikan bisa full time kembali.”
Perempuan yang gemar membaca buku ini secara pribadi sangat tertarik dengan bidang syaraf anak, yang mempelajari bidang yang berkaitan dengan masalah infeksi susunan saraf pusat, gangguan perilaku, serta gangguan belajar. Ia berharap ibu-ibu dapat lebih peduli untuk melengkapi vaksin anak terutama dalam hal anak-anak yang lahir dengan risiko tinggi. Sedangkan untuk anak-anak sehat sebisa mungkin rutin ke dokter untuk memeriksa perkembangannya.
“Lihat faktor risikonya lahir seperti apa riwayat kelahiran dan riwayat keseluruhan. Kita memang tidak bisa melihat dan diagnosis dengan cepat. Jadi kita harus anamnesis mewawancarai orang tua sampai detail. Bisa disembuhkan tergantung kasusnya masalah di mana dan terapi sudah tersedia di mana-mana atas saran kita anak ini nanti diterapinya bagaimana sesuai permasalahan yang dialami.”
Aktivitas di Luar Profesi. Selain sebagai dokter anak, dr. Gia juga sebagai salah satu staf pengajar di IKES Rajawali dan Poltekes Kemenkes Bandung. Sebagai dosen tamu bila ada perkuliahan mengenai ilmu kesehatan anak. Ia juga rutin mengedukasi masyarakat melalui IG Live, WhatsApp, narasumber dan komunitas ibu-ibu pasien Purwakarta dengan nama Chat and Share With Dokter Anggia. Sebanyak 250 anggota grup berasal dari berbagai daerah selain Purwakarta.
“Konten saya aplikatif dan rutin promosi di Rumah Sakit tempat saya praktik. Untuk grup chatnya masih terbuka dan kalau ada yang mau masuk grup dipersilakan. Ranah saya di dokter anak. Jadi saya jawab sesuai bidang saya. Tapi jika ada kegiatan yang berhubungan dengan seminar-seminar anak untuk awam, saya share juga sehingga ibu-ibu mengetahui informasi kegiatan apa saja yang bisa dilakukan.”
Rencana ke depan, dr. Gia akan membuka klinik anak dan fokus untuk berkarya di bidang syaraf anak dan terus mengedukasi orang tua agar aware terhadap perkembangan neurobehaviour anaknya pada perkembangan serta pendidikan anak sendiri. Ia berharap bisa mengalokasikan dan mendukung kegiatan kesehatan agar masyarakat Purwakarta dapat teredukasi dalam hal syaraf anak.
Me Time Bersama Keluarga. Dr. Gia dan Fathurrahman, suaminya, yang berprofesi sebagai Dokter Spesialis Ortopedi, menyadari bahwa keduanya sama-sama berprofesi di dunia kesehatan dan bekerja di luar kota. Sebisa mungkin hari Sabtu dan Minggu dialokasikan untuk pergi bersama anak-anak. Di hari-hari biasa, ibunda dari Abdillah Abqary Rajab (4,5 tahun, TK A) dan Fathia Haura Azzahra (7 bulan) ini, saling berkomitmen untuk tetap melaksanakan me time bersama anak. Jika tidak memungkinkan, maka kegiatan video call merupakan moment yang tidak boleh terlewati.
“Sangat berat meninggalkan anak dan anak mengerti. Memang ritme kerjanya seperti ini dan anak saya sudah bisa diajak komunikasi. Saya selalu komunikasikan seperti nanti Mama pulang jam sekian dan saya akan telepon anak-anak untuk ngobrol atau membawa pulang sesuatu. Di sisi lain saya juga bersyukur dukungan dari suami Alhamdulillah sangat mendukung setiap langkah yang saya ambil, termasuk untuk sekolah lagi dan tidak ada complain.”
Sementara untuk me time pribadi, dr. Gia lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku, traveling dan bermain musik. Dulu ia aktif sebagai penari Bali, kursus elekton, piano klasik dan biola. Tak ketinggalan perawatan sederhana tetap dilakukan di salon dua bulan sekali.
Semangat untuk Perempuan Indonesia. Perempuan Indonesia sesuai dengan kodrat dan fitrahnya tidak hanya menjadi seorang istri dan ibu, tetapi harus memiliki kemampuan untuk menginspirasi. Jika memiliki cita-cita dan impian, maka tidak perlu ragu untuk mewujudkan dan konsisten menjalankannya.
“Passion adalah hal yang paling penting. Jika tidak sesuai passion, maka tidak akan maksimal.”
