Profil

Lailatul Rokhmah: “Lelaki dan Perempuan Berpotensi Sama dalam Berkarya, Usaha, dan Bermanfaat untuk Masyarakat Luas”

MajalahKebaya.com, Jakarta – Bagi Lailatul Rokhmah, yang membedakan lelaki dan perempuan hanya kodrat. Di luar itu keduanya memiliki hak dan kewajiban yang sama. Demikian juga dalam kehidupan berumah tangga, sepatutnya sepasang suami istri saling bersinergi dalam membangun rumah tangga dan mengasuh anak agar tidak terjadi ketimpangan. Kekompakan ia dan suami dalam menjalani biduk pernikahan pula yang mampu membawa keduanya menjadi couplepreneur yang sukses mengembangkan toko kue hingga belasan cabang.

Sejak memutuskan untuk menikah, Lailatul Rokhmah dan sang suami, Mohammad Nasyith Zein, sepakat untuk berbagi peran dalam menyelesaikan urusan domestik kerumahtanggaan, termasuk dalam mengasuh buah hati. Keadaan tersebut membuat perempuan yang akrab disapa Laila ini, tak merasa kesulitan saat menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karier.

“Sama halnya dengan laki-laki, perempuan juga harus mandiri. Jangan menggantungkan hidup kita pada orang lain, cukup bergantung pada Tuhan. Karena kita tidak tahu, ke depan seperti apa yang kita hadapi. Suami dan istri juga harus bersinergi dalam membangun rumah tangga dan mengasuh anak. Karena apabila tugas ini kita pilah-pilah menjadi tugas suami dan tugas istri, jika suatu saat tidak ada salah satunya, akan terjadi ketimpangan. Laki-laki dan perempuan mempunyai potensi yang sama dalam berkarya, membangun usaha, dan berdampak untuk masyarakat luas. Jangan karena urusan domestik keluarga, potensi wanita menjadi kurang maksimal,” tekan Layla.

Perjalanan Bisnis. Diceritakan perempuan kelahiran Lamongan, 3 Februari ini, sebelum berstatus sebagai seorang istri, ia telah bekerja di sebuah perusahaan kontraktor bangunan di Bandung, Jawa Barat. Di sinilah ia bertemu dengan Mohammad Nasyith Zein dan setahun kemudian keduanya memutuskan untuk menikah.

“Saat akan menikah, kami sama sekali tidak memiliki kesiapan financial bahkan sampai minus. Karena untuk persiapan pernikahan yang sangat sederhana saja, kami harus berhutang.  Setelah menikah, kami langsung memiliki anak. Setelah melahirkan anak pertama, saya masih bekerja dan pindah kerja ke Jakarta. Tetapi dua tahun kemudian setelah anak kedua kami lahir, saya memutuskan resign karena tidak bisa mengikuti ritme kerja di proyek yang  sering tugas ke luar kota. Saya kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan komitmen saya bersama suami untuk menemani tumbuh kembang anak-anak secara maksimal, karena suami juga bekerja di kontraktor bangunan,” ceritanya.

Berdiam diri di rumah saja dan sekadar menjalani rutinitas harian yang cenderung monoton, lama kelamaan membuat Layla tak nyaman. Ia mulai membuat planning usaha-usaha apa saja yang tidak memerlukan modal besar. Maklum, selama bekerja gajinya dan suami dikumpulkan untuk membeli rumah dan selama 4 tahun pernikahan hanya mengontrak sebuah rumah petak yang begitu sempit.

“Setelah menulis beberapa jenis usaha alternatif dengan modal kecil, akhirnya pilihan jatuh ke usaha kuliner dengan pertimbangan pesanan makanan seperti kue atau roti biasanya dibayar di muka, jadi tidak membutuhkan modal banyak. Hanya perlu modal peralatan memasak yang semua itu sudah ada di dapur,” tutur Layla.

Berlatar belakang pendidikan Teknik Sipil dari Institut Teknologi 10 November Surabaya, Layla sama sekali tidak menguasai teknik-teknik membuat kudapan ataupun masakan. Namun, semangat untuk belajar mendorongnya mencari berbagi resep kue, roti dan sebagainya dari internet.

“Sampai sekarang pun, saya tidak pernah sekolah atau kursus baking maupun memasak.  Saya mencari resep-resep di Google kemudian dipraktekkan, hitung-hitung membuat kudapan untuk keluarga agar lebih berhemat. Tentu saja banyak terjadi trial and error. Tapi karena dari kecil saya sangat menyukai wisata kuliner, jadi saya sudah punya patokan rasa yang enak di pasaran. Ratusan bahkan ribuan resep kue sudah saya coba, kalau sukses saya bagi-bagikan ke tetangga, kalau gagal dimakan sendiri. Seiring waktu, saya mendapat banyak respon positif dari tetangga dan ujung-ujungnya mereka sering pesan. Saya ingat, waktu itu saya belum punya oven, jadi semua kue yang saya buat hanya yang dikukus. Saya mulai berjualan lewat Facebook dengan brand Layla Cake, yang diambil dari nama panggilan saya. Setiap selesai mencoba resep, hasilnya saya foto dengan bagus, lalu di-upload ke Facebook,” papar Layla.

Terus Memotivasi Diri. Selain tak pernah patah arang meski beberapa kali menuai kegagalan saat uji resep, Lalya juga berupaya memotivasi diri untuk tetap semangat berjuang. Selama proses belajar ia tak pernah berhenti membaca buku-buku tentang bagaimana membangun bisnis maupun motivasi diri.

“Semua buku Bapak Tung Desem Waringin, Bob Sadino, Bong Candra, dan lainnya, habis saya baca. Setiap ada uang yang bisa saya sisihkan, saya belikan buku motivasi dan peralatan baking. Hingga kini saya terus mengumpulkan resep-resep baru dari internet,” ujarnya.

Konsep PALUGADA. Setelah mempunyai banyak pelanggan, setahun berjualan secara online Layla memberanikan diri membuka counter Layla Cake yang pertama. Menempati sebuah ruko kecil yang disewa per tahun, Layla mulai membuka toko offline di tahun 2011.

Karena modal yang dimiliki masih terbatas, beberapa perlengkapan seperti kursi, meja dan kulkas yang ada di rumah, sengaja ia angkut ke counter sederhananya. Ia pun berupaya mengakomodir semua permintaan konsumen.

“Semua kue yang bisa saya buat, saya jual. Kalau ada yang pesan kue namun belum saya kuasai, tetap saya terima. Kemudian bergerak cepat searching resepnya di Google. Modal nekat saja menerapkan konsep PALUGADA (apa yang lu cari semua ada). Dan kini selain menawarkan ragam cake terutama Birthday Cake, di toko juga dilengkapi dengan aneka perlengkapan atau aksesoris ulang tahun, bakery dan oleh-oleh. Alhamdulilah, antusiasme pelanggan sangat baik,” ungkap Layla, penuh syukur.

Promo hingga Diskon. Mengedepankan Birthday Cake sebagai produk unggulan, Layla Cake mengusung tema ‘Sebuah Ungkapan Kasih Sayang’. Lewat menu andalan tersebut, Layla berusaha membantu customer mengungkapkan perasaan kepada orang-orang terkasih lewat cake yang diberikan. “Jadi kue-kue yang kami buat, bisa mempresentasikan ungkapan kasih sayang mereka buat orang terkasih,” imbuhnya.

Agar lebih menarik minat customer, Layla rutin menggelar  promo di hari spesial seperti Hari Guru, Valentin, Tahun Baru, Hari Ibu, dan lainnya. Tidak hanya itu, Layla Cake juga sering memberikan hadiah langsung untuk customer, bahkan ada beberapa produk yang diskon hingga 50% tiap hari.

Menyasar target market wanita usia remaja hingga dewasa, Layla selalu selektif dalam memilih maupun menjaga kualitas bahan yang digunakan. Proses pembuatan tiap kue juga harus sesuai SOP yang telah disiapkan.

“Dalam bisnis kuliner, kuncinya adalah rasa. Kami sangat selektif dalam memilih bahan-bahan kue dan mencari banyak alternatif supplier supaya harga yang masuk menjadi kompetitif. Untuk patokan harga produk, kami tidak pernah membandingkan dengan competitor. Kami punya patokan sendiri, produk seperti apa yang diminati customer dan kisaran harganya. Jadi data produk yang diminati konsumen selalu kami pantau untuk menentukan produk apa yang akan produksi selanjutnya,” papar Layla.

Manfaatkan Digitalisasi. Meski dijalankan secara offline, namun Layla juga memanfaatkan kecanggihan teknologi digital dalam memasarkan produk-produk Layla Cake. Mulai dari memanfaat iklan gratis maupun mengunggah konten-konten menarik di media sosia.

“Meski penjualan offline tetap lebih ramai dibanding online, karena customer akan lebih percaya jika kue-kue yang kami tawarkan ter-display banyak di toko. Namun, untuk menjaring mereka datang kami juga banyak share foto dan video di halaman Facebook Layla Cake & Bakery, IG laylacake_bakery, Tiktok laylacakeandbakery maupun Youtube Layla Cake,” terang Layla.

Layaknya bisnis fashion, trend di bisnis kuliner juga berkembang pesat. Layla pun berupaya menghadirkan menu-menu kekinian, dengan tetap mempertahankan varian menu lama yang memiliki peminatnya sendiri. “Layla Cake selalu mengeluarkan produk baru setiap minggu, dan menggeser produk yang kurang laku di pasaran. Jadi pelanggan selalu menunggu menu-menu baru dari Layla Cake,” tambahnya.

Mandiri Tanpa Utang. Di masa pandemi COVID-19 lalu, banyak bisnis yang terpaksa gulung tikar. Selain karena menurunnya angka pembeli akibat pemberlakuan WFH (work from home), sehingga berakibat pada merosotnya pendapatan, mereka juga tak sanggup menutupi biaya operasional termasuk membayar angsuran utang.

Namun hal tersebut tidak terjadi pada bisnis Layla. Salah satu kuncinya adalah karena ia selalu berupaya untuk mandiri tanpa utang. “Selama menjalankan usaha ini saya tidak pernah berhutang. Setiap mendapatkan profit, diputar lagi menjadi modal untuk membuka toko baru. Mungkin konsep ini yang membuat kami bertahan, bahkan berkembang dengan baik saat Pandemi COVID-19 terjadi. Saat ada penurunan omset ketika awal pandemi, kami tidak mengalami kendala yang berarti karena tidak membayar cicilan utang,” tekannya.

Dalam menjalankan bisnis, Layla juga banyak berkaca dari kedua orang tua, terutama ibunya yang sempat menuai sukses sebagai pengusaha pupuk. “Walau hanya tamatan SMP, tapi ibu saya sempat berhasil mempunyai bisnis pupuk pertanian sambil menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga yang senantiasa mendampingi anak-anaknya bertumbuh, sangat melayani keluarga, dan seingat saya, tidak pernah marah. Kegagalan bisnis beliau akibat krisis moneter tahun 1998, juga saya jadikan pengalaman agar lebih berhati-hati dalam menjalankan bisnis. Saya selalu menghindari utang, dan selalu mempunyai tabungan untuk sedikitnya 3 bulan gaji karyawan dan THR. Akhir dari usaha orang tua, sangat menjadi pelajaran yang berharga buat saya,” ungkapnya.

Selain menghindari utang, cabang-cabang Layla Cake yang kini telah mencapai 11 cabang juga dibuka tanpa melibatkan kerja sama dengan pihak lain atau franchise. “Awalnya toko kami sewa, di kemudian hari kami menawarkan pada pemilik toko untuk menjualnya dengan harga yang sangat baik,” tambah Layla.

Saat pandemi lalu, demi menaikkan omset Layla Cake fokus membuat konten-konten menarik di media sosial. “Saya yakin saat pandemi orang jarang keluar rumah, sehingga interaksi mereka terhadap gadget bertambah intens. Kami juga berupaya untuk tidak berhenti berinovasi dan terus menggenjot kegiatan marketing,” tekan Layla.

Kiat Sukses. Belasan tahun mengarungi dunia bisnis, membuat Layla kian matang dengan pengalaman. Baik kala mencapai sukses maupun ketika menemukan kegagalan. Demi mencapai impian, Layla termasuk tipe perempuan sistematis yang senantiasa menuliskan rencana-rencana ke depan yang ingin ia raih di secarik kertas yang kemudian ia tempel di dinding yang paling sering ia lihat, sebagai pengingat sekaligus penyemangat untuk berusaha mewujudkan apa yang telah direncanakan.

Layaknya sapu lidi, Layla menyakini kekuatan tim memudahkan langkahnya dalam mengembangkan bisnis. “Saya bukan superwoman, tapi saya selalu berusaha untuk membuat superteam. Di Layla Cake kami bekerja dengan tim, bukan personal. Sehingga ketika kami mencapai suatu goal, maka hasilnya akan kami rasakan bersama. Semua karyawan juga saya anggap sebagai keluarga besar. Saya sangat bersyukur, mereka semua selalu bersama saya. Kami sangat dekat dan saling mencintai layaknya keluarga. sistem kerja yang saya buat, membuat mereka harus bekerja dalam tim, tidak bisa bekerja sendiri,” tekannya.

Kiat sukses Layla lainnya adalah memuliakan orang tua. Di sela-sela kesibukan mengurus bisnis, Layla dan suami berusaha meluangkan waktu untuk bertemu orang tua mereka. “Meskipun orang tua dan mertua saya tinggal di Jawa Timur dan kami di Tangerang Banten, tiap kali mudik kami usahakan bisa mengantar mereka bersilaturahmi ke rumah saudara. Dan buat kami, berbagi  adalah sumber kebahagiaan. Dan ajaibnya, dengan berbagi materi yang kami keluarkan seakan begitu cepat kembali dan diganti berkali-kali lipat. Dan itu sangat saya rasakan di keluarga kami,” imbuhnya.

Ke depan, Layla berencana mengembangkan Layla Cake ke luar daerah. Karena ia bermimpi bisnis kulinernya ini mampu memiliki cabang di seluruh Indonesia, sehingga bisa berdampak pada perekonomian bangsa. Ia juga berangan-angan suatu saat nanti bisa membangun yayasan sosial untuk membantu anak-anak yatim dan kaum dhuafa, serta lembaga untuk pelatihan entrepreneur, terutama untuk wanita. Laili

Kompak Kembangkan Bisnis Bersama Suami

 Banyak hal yang selalu disyukuri Layla atas pencapaiannya hingga sejauh ini. Salah satunya support dari sang suami yang selalu mendukung setiap kegiatannya. “Konsep kami adalah mendampingi tumbuh kembang anak secara maksimal. Tetapi suami tidak menuntut istri untuk melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyiapkan sarapan, bersih-bersih rumah dan sebagainya. Semua itu kami kerjakan bersama,” tuturnya.

Hal inilah yang membuat ruang gerak Layla untuk berkembang secara optimal lebih luas. “Saat ini, keinginan saya adalah mengembangkan usaha secara maksimal, sehingga bisa menyerap banyak tenaga kerja. Karena itu akan sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. Kita tidak bisa memberikan bantuan terus menerus, yang mereka butuhkan adalah pekerjaan,” tegasnya.

Berkat terobosan-terobosan yang dilakukan secara kontinyu, tak heran di usia yang telah menginjak 12 tahun, Layla Cake telah berkembang dengan 11 cabang dan mampu mempekerjakan sekitar 70 karyawan.

“Suatu pencapaian yang sangat saya syukuri. Sekarang suami saya resign dari pekerjaannya, dan membantu saya mengembangkan usaha ini. Beliau menjabat sebagai CEO, saya lebih konsentrasi di pengembangan produk baru, marketing, dan memberikan pelatihan bisnis untuk UMKM. Kami berdua menjadi couplepreneur. Alhamdulillah, Kami mempunyai passion yang sama dalam mengembangkan usaha,” kata Layla, yang kerap meluangkan waktu refreshing dengan menyambangi cafe bersama suami.

Dan dalam menjaga keharmonisan keluarga, Layla menjadikan kedua orang tuanya sebagai panutan. Ia melihat ibu-bapaknya selalu harmonis meski telah berusia lanjut. “Orang tua saya boleh dibilang panutan yang sangat sempurna. Keduanya kompak menjalankan rumah tangga tanpa ada pemisahan tugas laki-laki dan perempuan. Kami lima bersaudara diberi kebebasan memilih kegiatan dan bidang study apa yang kami inginkan. Ini juga yang banyak saya terapkan dalam mendidik anak-anak saya, Zulfan dan Sarah yang saat ini bersekolah dan tinggal di asrama,” ujarnya.

Sebagai Kreator Terkuat Perempuan Harus Berani Ambil Risiko

Sebagai haum hawa dan memiliki superteam yang sebagian besar juga perempuan, Layla menyadari perempuan merupakan kreator terkuat. Hal ini sudah banyak terbukti, di antaranya ketangguhan kaum perempuan dalam membangun dan mengembangkan berbagai macam bidang usaha dalam bentuk kewirausahaan atau entrepreneurship, terutama di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Apalagi perkembangan zaman makin menuntut partisipasi perempuan dalam membangun perekonomian rumah tangga, bahkan kemajuan bangsa.

“Dalam perekonomian yang tidak menentu pada saat ini, kaum hawa harus meningkatkan peran serta mereka. Dengan berwirausaha, kaum perempuan terlatih untuk berani mengambil risiko, bermental mandiri, serta berani memulai usaha tanpa diliputi rasa cemas sekalipun dalam kondisi yang tidak pasti,” ujarnya.

Ditambahkan Layla, dengan berwirausaha kaum hawa juga terdorong untuk mewujudkan cita-cita kesetaraan gender. Sehingga kini tidak ada pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh perempuan.

Info Lebih Lanjut:

Instagram      : laylacake_bakery

Whatsapp      : 085281966782

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top