Profil

Fitri Hafifah: Menumbuhkan Kecintaan Batik Generasi Muda Lewat Batik Nitik Wundri

MajalahKebaya.com, Jakarta – Peluang bisnis gemilang seringkali datang dengan berbagai kemungkinan. Tak ada yang dapat diprediksi meskipun semua telah direncanakan bersama keyakinan. Namun tak menutup mata bahwa berbagai kemungkinan yang datang dijembatani oleh faktor kebetulan. Sama seperti kisah bisnis menarik yang ditorehkan perempuan bernama Fitri Hafifah.

Fitri, sapaan akrab dari pemilik Batik Nitik Wundri ini, berhasil membangun usaha karena membantu suami yang kebetulan seorang seniman batik dan pemilik brand Hotwax Studio. Ketika diminta tolong untuk menjual kain secara online, Bayu Aria, suami tercinta berhasil menjual dan laku keras dalam hitungan menit. Lambat laun tumbuh rasa cinta pada Batik Nitik dan Klasik yang akhirnya membawa Fitri untuk mendirikan galeri batik. Pada 2016, lahirlah Batik Wundri yang berhasil memberikan warna dan karya bagi para pecinta batik di Indonesia.

“Setelah dikenal sebagai pemerhati Batik Nitik, banyak orang mencari referensi tentang batik pada saya. Pada 2021, di bawah bendera Batik Wundri saya berkesempatan membuat seragam salah satu Bank terbesar di Indonesia yaitu BCA. Suami saya menjadi desainer motifnya dan pembuatan seragam ini untuk seluruh karyawan BCA se-Indonesia.”

Selama mengembangkan karier dan bisnis sebagai pengusaha batik, Fitri menyadari bahwa banyak tantangan yang harus dihadapi sepenuh hati. Apalagi dalam hal membatik memerlukan ketelatenan, kesabaran, ketelitian dan waktu yang relatif lama untuk menghasilkan batik yang bagus. Fitri menyadari di era digital yang serba cepat, hanya segelintir generasi muda yang memiliki keinginan untuk menjadi pembatik. Ini menjadi tantangan sulit dan membutuhkan inovasi untuk mengerahkan waktu, tenaga dan pikiran. Mengiringi perjalanan bisnisnya, Fitri berharap batik makin dicintai dan mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia, menggunakan kain batik sebagai seragam baik instansi pemerintah, swasta maupun di sekolah-sekolah.

“Kecintaan saya terhadap budaya bangsa terutama sebagai pelaku bisnis bidang wastra seperti batik adalah selalu berusaha mengenalkan Batik Nitik di setiap kesempatan. Menggunakan kain Batik Nitik dan berkebaya di setiap acara yang saya datangi, baik resmi ataupun hanya sekedar acara keluarga.”

Bertahan di Masa Pandemi. Kelahiran Yogya, 26 Maret yang hobi membaca ini, merasa beruntung karena Batik Nitik merupakan batik yang jarang dijumpai dan hanya ada di daerah Imogiri, Desa Kembang Songo, sehingga jarang dijumpai di pasaran. Kondisi ini menguntungkan terutama di masa pandemi. Banyak yang tertarik untuk mengoleksi Batik Nitik agar tidak bosan di rumah selama pandemi.

“Kami tetap bertahan dan berusaha agar pemasaran masih bisa berjalan dengan menciptakan motif batik yang minimalis serta mengeluarkan koleksi Batik Cap dengan harga terjangkau, tetapi kualitas tetap terjaga.”

Selain mepertahankan kualitas, lulusan S1 Fakultas Ekonomi IKOPIN Sumedang Jawa Barat yang juga berprofesi sebagai pemerhati batik ini, konsisten mengembangkan Batik Nitik dan Klasik dengan motif kontemporer dan modern, di antaranya bunga, kupu, flora dan fauna. Tak ketinggalan padu padan warna menjadi urutan selanjutnya yang tidak luput dari perhatian.

“Padu padan warna juga saya lakukan. Untuk pewarnaan batik yang biasanya hanya warna sogan cokelat, sekarang bisa warna-warni di antaranya dengan warna alam biru atau merah. Untuk warna alam, saya mengembangkan warna alam merah akar mengkudu.”

Aktivitas Sosial dan Belajar Bersama Batik. Di setiap momen Hari Batik, Fitri tidak pernah absen memberikan penghargaan atau tali kasih kepada para pembatik sepuh berupa uang atau bingkisan, membuat talkshow bersama melalui Facebook kepunyaan suami. Talkshow yang diselenggarakan bertujuan untuk mengakurasi dan mengenalkan karya batik dari para rekan pengrajin dan seniman batik.

Fitri yang sangat mencintai batik tidak pernah berhenti belajar untuk menambah wawasan. Kegiatan sosial yang rutin dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri untuk mempopulerkan batik di tengah masyarakat.

“Banyak belajar dan selalu belajar untuk menambah wawasan. Selain itu juga saya sering mengikuti berbagai macam pameran batik baik di dalam maupun di luar Yoggyakarta.”

Membangun Mental Health. Cara sederhana yang dilakukan ibunda dari Bagaskara Aria (12 tahun), Vidya Aria (7 tahun) dan Janettra Aria (4 tahun) untuk menjaga kesehatan mental agar tetap produktif dengan berdoa dan berusaha. Fitri percaya semua usaha pasti ada hasilnya. Selalu ada hal-hal baik di balik kisah malang yang terjadi di dalam perjalanan kehidupan, khususnya usaha dalam membahagiakan orang tua.

“Saya selalu menyempatkan diri untuk selalu berkunjung. Sebisa mungkin keinginan Ibu selalu terpenuhi. Ibu saya seorang yang sederhana, tetapi mampu mengajarkan kepada saya bagaimana menjadi seorang perempuan yang hebat dan tangguh.”

Selain itu, dalam hal penampilan, agar tetap bugar dan menawan di setiap kesempatan, Fitri selalu menjaga dan memperhatikan kesehatan tubuh dengan baik. Mulai dari perawatan kecantikan setiap pagi sehingga kulit dan wajah senantiasa tampak cerah dan segar, hingga berolah raga dan menjaga pola makan yang sehat. Sesekali ia melakukan perawatan ke salon dan berenang sesering mungkin bersama anak-anak.

Inspirasi Perempuan Indonesia. Saat ini kiprah perempuan sangat besar di dunia UMKM. Sebanyak 70% pelaku UMKM adalah perempuan. Perempuan merupakan sosok makhluk cerdas, ulet, terampil dan tahan banting yang berhasil menginspirasi kehidupan. Namun ada sosok yang tak akan pernah tergantikan dan berhasil membuat Fitri tumbuh menjadi perempuan berkarakter.

“Bagi saya yang paling mengena di hati adalah sosok Bapak. Bapak saya seorang pedagang yang selalu menjaga kejujuran. Barang yang beliau jual selalu dikatakan apabila ada kekurangan atau cacat. Karena rejeki yang penting bukan banyaknya rupiah, tetapi barokahnya dan saya selalu meneladani beliau.”

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top