MajalahKebaya.com, Jakarta – Berkiprah lebih dari 35 tahun, sejak tahun 1986, sebagai aktivis perempuan yang sangat konsen dan peduli pada persoalan gender, memperjuangkan dan mengangkat harkat perempuan dalam segala aspek kehidupan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional, menjadikan sosok Edriana Noerdin, SH., MA., sangat popular dikenal sebagai pembela dan pejuang kaum perempuan. Ia dan kawan-kawan sesama aktivis kemudian mendirikan Women Research Institute (WRI), Lembaga Penelitian dan Peningkatan Kapasitas Perempuan dalam Bidang Kesehatan, Pemberdayaan Anak, Pendidikan dan masalah Partisipasi Politik Perempuan. Sebuah lembaga riset sebagai pusat pembelajaran dan penelitian berperspektif feminis untuk memastikan peran perempuan dalam pembangunan nasional mendapat porsi yang proporsional dan berkeadilan.
Bagi Edriana, peran perempuan sangat signifikan dalam pembangunan bangsa, sudah beberapa kali krisis ekonomi melanda Indonesia, terbukti peran perempuan sangat dominan dan menentukan sebagai penyelamat dan penopang ekonomi bangsa. Bagaimana tidak, lebih dari 80% pelaku usaha UMKM adalah perempuan dan pekerja UMKM juga sebagian besar adalah perempuan, artinya dunia UMKM yang dilakukan oleh perempuan inilah yang menjadi tulang-punggung ekonomi keluarga dan negara. Karena selama krisis ekonomi yang manjadi bantalan ekonomi kita adalah pelaku UMKM.
“Coba kita lihat pada masa pandemi, dengan banyaknya PHK di mana-mana maka yang banyak menyelamatkan ekonomi keluarga adalah perempuan dengan jalan menjual kue, makanan, membuat masker untuk dijual dan juga bercocok tanam dengan jalan menjual tanaman. Makanya saya dulu pernah membuat kampanye ‘Jangan menawar barang dari pedagang kecil’,” tegas Direktur Program Women Research Instute (WRI), Presiden Direktur Jakarta Mulcultural School, dan salah satu pendiri Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi (KPI) ini.
Agar perempuan semakin berperan, mandiri, sejahtera, dan diperhitungkan dalam berbagai sektor kehidupan, menurut Edriana, perempuan harus tetap melatih diri untuk mengikuti perkembangan teknologi dunia digital. “Kita harus terus menerus meng-upgrade diri agar bisa menjadi produktif memanfaatkan pekembangan teknologi, dan bukan hanya manjadi konsumen yang pasif saja, tapi bagaimana agar kita bisa menjadi konsumen yang aktif memanfaatkan teknologi. Jadi bagi ibu-ibu jangan terpengaruh oleh hoax dan bahkan jangan ikut-ikutan menyebarkan hoax tetapi tetap harus cerdas memanfaatkan dunia teknologi digital dengan tetap melakukan check fakta terlebih dahulu agar kita tidak menjadi korban dari UU ITE,” nasehatnya.
Peduli dan Perjuangkan Nasib Perempuan dan Anak
Edriana memulai karier sebagai aktivis perempuan. Ia memiliki keprihatinan dan kepedulian yang besar terhadap kondisi dan posisi perempuan yang menurutnya masih tertinggal dari laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya angka kematian ibu ketika melahirkan. Seorang ibu ketika menjalankan fungsi reproduksinya dengan melahirkan, ia menjadi penentu kelangsungan generasi baru penerus bangsa, seharusnya dilindungi oleh negara dengan jalan memberikan fasilitas kesehatan yang baik dan terjangkau. Bahkan pada keluarga yang tidak mampu harusnya negara menyediakan jaminan kesehatan gratis bagi orang atau keluarga miskin.
Begitu pun dengan angka kematian anak dan bahkan kasus yang disebut dengan stunting atau anak tumbuh kembang tidak sesuai dengan usianya. Edriana menegaskan bahwa stunting harus menjadi perhatian kita bersama karena masa depan anak tergantung pada kesehatan dan gizi baik yang diterimanya ketika masih kecil. Anak harus dijaga agar tumbuh kembangnya sesuai dengan usianya, supaya anak tersebut tumbuh kembang dengan sehat fisik dan mental.
Edriana juga sangat prihatin dengan masih tingginya angka kekerasan terhadap perempuan. Disayangkannya, justru dari data-data yang ada terlihat dengan jelas pelaku kekerasan tersebut sebagian besar adalah orang yang dikenal oleh korban. Tempat kejadian tindak kekerasan itu pun sering terjadi di dekat lingkungan yang dikenal atau bahkan dalam rumah tangga korban sendiri. Rumah tangga yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi perempuan justru bisa menjadi tempat yang mengerikan karena perlakuan kekerasan yang diterima oleh perempuan baik dari keluarga jauh, atau keluarga dekat atau bahkan dari pasangan hdiupnya sendiri. Dan, perlakukan kekerasan bisa terjadi pada perempuan yang berada di semua lapisan masyarakat, baik kelas bawah, kelas atas, keluarga terpelajar, atau pada artis. Masih banyak lagi tindak kekerasan lainnya yang dialami oleh perempuan seperti, tindak kekerasan terhadap pekerja rumah tangga, bahkan sampai saat ini mereka belum dilindungi oleh perangkat hukum yang memadai, perempuan pekerja rumah tangga yang berada di luar negeri yang sering disebut TKW atau perempuan yang diperdagangkan dan banyak lagi.
Melihat begitu banyaknya masalah yang dihadapi oleh perempuan maka Edriana tidak tinggal diam tapi aktif berjuang menyuarakan persoalan-persoalan tersebut dan juga bekerja baik bersama pemerintah sebagai konsultan maupun bersama teman-teman di Lembaga Swadaya Masyarakat dengan program dan kegiatan pemberdayaan perempuan maupun sebagai aktivis perempuan melakukan advokasi kebijakan untuk perlindungan bagi perempuan agar terbebas dari kekerasan.
Terjun ke Politik
Dengan pengalaman sebagai aktivis perempuan, Direktur Program Women Research Institute (WRI) yang bergerak di bidang penelitian, pelatihan, fasilitasi workshop untuk multistakeholder, lobbyist, asistensi untuk isu gender budgeting dan keadilan serta kesetaraan gender, kemudian juga sebagai pelaku dunia pendidikan, maka Edriana memantapkan hati dan memutuskan terjun ke dunia politik praktis dengan masuk menjadi kader Partai Gerindra. Saat ini posisinya di Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra sebagai Bendahara 2, Badan Pengawas dan Disiplin (BPD) Partai; Ketua Bidang Kerjasama Organisasi Perempuan; Wakil Ketua Umum Perempuan Indonesia Raya, Bidang OKK/Humas/Hukum (Pimpinan Pusat PIRA), Sayap Perempuan Partai Gerindra.
“Pengalaman professional lebih dari 35 tahun sebagai modal bagi saya untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran terjun ke dunia politik. Pengalaman yang saya hadapi memang menunjukkan bahwa dunia politik penuh tantangan bagi seorang perempuan. Kita harus siap pemikiran, kecerdasan, fisik, mental dan tentunya isi tas. Karena dunia politik kita dengan sistem Pemilu yang proporsional terbuka menyebabkan politik berbiaya tinggi karena dunia politik ibaratnya pasar bebas tentunya yang kuat yang menang apalagi dengan daerah pilihan yang sangat besar, baik secara jumlah penduduk maupun geografis,” tekan Edriana yang sedang menulis disertasi untuk menyelesaikan kuliah program doktor Ilmu politik di Universitas Indonesia.
Pada Pemilu tahun 2019, wanita kelahiran Padang, Sumatera Barat, maju sebagai Caleg DPR RI dapil Sumbar 1. Edriana merasa sebagai pendatang baru di dunia politik dan juga orang rantau yang baru pulang kampung tentunya butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan situasi politik lokal.
“Alhamdulillah kerja keras saya turun ke lapangan, karena saya membuat pertemuan dengan masyarakat lebih dari 200 kali selama satu tahun lebih, itu membuahkan hasil perolehan suara lebih dari 35.000 suara. Walaupun saya belum berhasil masuk ke Senayan sebagai anggota DPR RI, tapi pertemuan dengan masyarakat langsung dalam sistem politik yang bebas terbuka dan liberal itu membuat saya bangga akan pencapaian saya dan tentunya itu semua telah mengajarkan saya banyak hal,” ungkap Edriana dengan bangga, sambil berharap semoga apa yang sudah ia tanam pada Pemilu yang lalu akan dapat ia kapitalisasikan kembali dalam pertarungan pada Pemilu 2024 mendatang.
Pecinta Batik dan Tenun Nusantara
Edriana adalah seorang pecinta batik dan kain-kain tenun nusantara, bahkan di rumahnya koleksi batik dan kain tenun lumayan banyak. Bila ada pameran ia selalu mengusahakan untuk datang karena dunia batik dan kain tenun betul-betul sangat ia cintai. Edriana sangat mengagumi ketelatenan seorang perempuan pembatik memainkan keahliannya dengan melukis batik dengan halus dan sangat detail. Itu adalah pekerjaan yang penuh ketekunan, ketelatenan, dan komitmen yang luar biasa. Tentunya sangat sulit, selain motif juga warna batik yang beraneka ragam tidak pernah putus kreativitas pembuatnya, dan itu sangat mengagumkan bagi Edriana.
“Kadang-kadang saya sudah merem saja melihat harganya, karena batik yang sangat halus, dengan detail lukisan gambarkan dengan teknik pembatik yang tinggi tentu harganya juga tinggi, karena harga menjadi relatif kalau kita melihat sebuah karya seni. Begitupun dengan tenunan. Makanya saya punya koleksi batik, tenun, lukisan atau karpet karena itu semua adalah karya seni yang tidak ternilai harganya bagi saya,” ujar Edriana kagum.
Karena itu, dalam rangka Hari Batik Nasional, Edriana berharap semoga Pemerintah atau BUMN selalu memberikan pelatihan atau penyediaan media promosi dan penjualan dari batik dan tenun nusantara agar para pengrajin atau seniman batik dan tenun tidak punah dan karya-karya mereka semakin inovatif, kreatif dan manjadi ladang pekerjaan yang semakin baik. Juga agar anak-anak muda mau terjun mengembangkan dunia usaha menjadi pengrajin atau seniman batik dan tenun. Womanpreneurship itu harus ditumbuh-kembangkan.
Sangat Menikmati Waktu Kebersamaan dengan Keluarga
Edriana dan suaminya, Alexander Irwan Phd, Direktur Ford Foundation (Lembaga Filantropi), dikaruniai dua orang putra yaitu Xendra Nara, baru tamat sekolah Jurusan Political Science di Temple University, Philadelphia, dan Bara Mudita, tahun terakhir, Double Major Jurusan Film and Social Media dan Sociology di University of California, Santa Cruz (UCSC). Kedua putranya ini sejak dini sudah dididik untuk menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab dengan jalan memberikan kebebasan yang tentu dibarengi dengan berbagai konsekuensinya.
Selain itu, Edriana dan suami selalu mendorong dan membantu anak-anaknya untuk menemukan, menggali, dan mengembangkan potensi atau bakat yang dimiliki anak. “Misalnya, anak-anak kita dorong untuk berlatih olahraga di luar sekolah. Dari kecil anak-anak kita ikutkan les pertama les tenis, ternyata mereka bosan karena tidak ada teman sebaya, kemudian kita ganti les golf dan juga tidak bertahan lama karena mereka juga bosan. Akhirnya kita ikutkan club baseball dan anak-anak ternyata suka. Jadi mereka cukup intensif latihan baseball dari kecil hingga tamat SMA, sampai ikut berbagai kejuaraan dalam dan luar negeri. Kita sebagai orang tua selalu mendampingi anak latihan baseball. Kalau Sabtu Minggu kita full bersama mereka, pagi latihan di lapangan dan siang kita pergi makan bersama sampai malam. Jadi Sabtu-Minggu kita selalu bersama anak-anak dan mengikuti perkembangan mereka. Waktu bersama anak-anak itu kita nikmati bener karena setelah tamat SMA anak-anak langsung sekolah ke luar negeri,” tutur Edriana bersemangat.
Selain olahraga Edriana dan suami juga mendorong anak-anaknya untuk ikut latihan drama musikal baik di sekolah maupun di club drama musikal di luar sekolah. Karena bagi Edriana anak-anak harus seimbang antara pelajaran sekolah dengan olahraga dan seni. “Tentunya di rumah mereka juga latihan piano dan mengaji. Jadi di rumah anak-anak kita datangkan guru mengaji agar mereka dapat basic pendidikan agama juga.”
Hobi Edriana sekeluarga, setiap Sabtu Minggu atau hari libur, selalu makan bersama di luar atau jalan-jalan. “Sekarang anak saya yang paling besar baru tamat sekolah dari luar negeri dan pembelajaran utama yang dia dapatkan dengan sekolah di luar negeri, adalah menjadi mandiri. Anak yang paling besar ini hobinya memasak. Jadi sering sekali kalau dia akan memasak maka paginya dia sudah memberi tau bahwa nanti makan malam dia akan memasak, sehingga kita selalu pulang kerja buru-buru untuk makan malam bersama yang sudah dia masakin. Sekarang kegiatan yang selalu kita tunggu-tunggu di rumah adalah ketika anak memasak yang menurut saya masakannya enak-enak, karena dia memang hobinya memasak. Dan, sekarang dia bersama teman-temannya membuat start up company membuka tempat kursus memasak,” ujar Edriana bangga.
Intinya, bagi Edriana dan suami, anak-anak harus berprestasi dan mandiri. Ia selalu memberikan kepercayaan kepada anak bahwa mereka harus bertanggung jawab dalam kehidupannya. Karena masa depan mereka yang menentukan, sehingga kalau sekarang berbuat salah maka tentunya itu akan merugikan diri mereka sendiri.
Kegiatan Sosial
Edriana sangat aktif mengikuti berbagai kegiatan sosial, antara lain bergabung bersama kelompok Indo Jalito Peduli (IJP) yaitu kelompok ibu-ibu atau perempuan yang berdarah Minang atau bersuamikan orang Minang. “Saya senang sekali karena kegiatan yang kita lakukan adalah kegiatan sosial memberikan bantuan ke Sumatera Barat seperti memberikan bantuan bagi korban bencana alam, memberikan bantuan bedah rumah bagi masyatakat yang kurang mampu. Juga mengadakan sunat massal bagi anak-anak kurang mampu, atau membangun mesjid atau memberikan gerobak dorong untuk membantu pedagang keliling serta banyak kegiatan sosial lainnya. Saya aktif di kelompok IJP ini, di samping kita setiap bulan melakukan arisan sembari juga seru-seruaan bernyanyi atau dancing bersama-sama.”
Bagi Edriana, kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukannya adalah salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Ia sangat yakin semua yang sudah dicapai saat ini tentunya atas Izin Allah SWT Sang Pencipta segala kehidupan, karena itu ia selalu bersyukur atas apa yang sudah ia dapatkan sampai saat ini. Tentu dengan terus berdoa untuk mendapatkan yang terbaik. Karena yang terbaik menurut kita belum tentu yang terbaik menurut Allah SWT, sehingga Edriana tetap berdoa agar dimudahkan setiap langkah dan usahanya untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Selain itu, menurut Edriana, ikut arisan dan kegiatan sosial itu juga sangat menyenangkan karena bisa bergembira bersama sembari berbagi dengan masyarakat yang kurang mampu. Keakraban sesama anggota di IJP ini sudah seperti saudara sehingga selain kegiatan resmi organisasi mereka juga sering jalan-jalan dengan teman-teman sendiri. Kalau kebetulan lagi ada waktu mereka juga ngopi-ngopi bersama.
Rencana ke Depan
Selain mendedikasikan diri pada dunia pendidikan, sebagai Pemilik dan Direktur Jakarta Multicultural School (JMS), sekolah berstandard International untuk TK, SD, SMP dan SMA, tetap fokus di bidang penelitian dan memberikan pelatihan-pelatihan, Edriana juga rajin turun ke masyarakat mempersiapkan diri untuk maju mencalonkan diri sebagai Caleg DPR RI dari Dapil Sumbar 1 pada Pemilu 2024 mendatang. Dari sekarang ia sudah mulai turun melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk memperkenalkan diri.
Edriana yakin apa yang ditargetkan lambat laun akan tercapai. Kuncinya, stay positive and be optimist. “Karena dengan tetap positif kita tidak mudah terpengaruh dengan kata-kata negatif yang merusak pikiran, menjadi optimist maka kita selalu yakin bahwa usaha yang kita lakukan Insyaa Allah dengan izin Allah maka lambat laun akan berhasil,” yakin Edriana yang di awal Reformasi ikut melahirkan Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi, yang dulu juga aktif sebagai Konsultan Gender di beberapa organisasi international maupun multi-lateral seperti Oxfam, CIDA, Yayasan Tifa, Partnership (Kemitraan untuk Tata Pemerintahan yang Baik), ILO, untuk membantu Pemerintah Indonesia dalam merumuskan program pengentasan kemiskinan yang berpihak pada perempuan
