MajalahKebaya.com, Jakarta – Buah dari kemerdekaan yang dirasakan para perempuan saat ini adalah akses dan kesempatan yang seluas-luasnya dalam berbagai sektor kehidupan, sama dengan pria. Perempuan bisa mengeksplor dan mengekspresikan diri tanpa batas. Namun, Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, S.H., M.Si. yang saat ini duduk sebagai Anggota DPD/MPR RI Periode 2019 – 2024, mengingatkan agar tetaplah menjadi perempuan dengan segala kepribadian dan kodratnya, dan bisa berjuang di mana pun bermanfaat dan menginspirasi yang lain, serta tetap menyadari kodrat sebagai perempuan.
“Makna kemerdekaan wanita, saya melihatmya dari berbagai sisi.. kita dikasih kuota 30% dari berbagai bidang, jadi kalau kurang dari itu kita harus berjuang dan proaktif. Menurut saya itulah kemerdekaan karena dari segi regulasi dan kesempatan kita sudah dikasih, tinggal kitanya yang berjuang dan bermanfaat tapi tetap membuat rumah tangga tetap harmonis karena bagaimana pun kita harus tau tempat kita di mana karena yang utama tetap suami dan anak-anak,” ujar Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta dan Dosen Program Doktor Universitas Negeri Jakarta ini.
Lebih jauh Prof. Sylviana tegaskan bahwa kemerdekaan di segala bidang, termasuk karier, profesi, dan bisnis, memang sangat diperlukan tapi tetap merdeka yang bertanggung jawab, tahu visi misi, bisa menumbuhkan rasa untuk berkarya, dan di era serba digital seperti sekarang tentu saja inovasi, kreativitas sangat dibutuhkan. Apalagi ketika menghadapi krisis pandemi dua tahun terakhir, semua daya upaya tidak harus offline, online pun bisa dilakukan.
“Bahkan saya bersama-sama dengan beberapa teman dalam komunitas, misalnya Komunitas Ikatan Sarjana Wanita, apalagi saya sebagai Koordinator Bidang, semuanya bisa melewati dan mengatasi masa krisis karena pandemi beberapa waktu lalu, bahkan sudah mencapai periode webinar sudah kali ke-500. Menurut saya apapun kondisi kita, selama kita man jadda wa jadda, serius dalam menjalani karier dan usaha kita, yakin Tuhan memberikan yang terbaik,” lanjut Ketua PB Persatuan Squash Indonesia (2020– 2024), Presidium Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia (KPPRI: 2020-2024), dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Pensiunan Provinsi DKI Jakarta (2021 – 2025) ini.
Tidak hanya karier dan bisnis, Prof. Sylviana juga memaknai kemerdekaan dalam membangun keharmonisan keluarga. Menurutnya, ada satu kata kunci yaitu komunikasi. Keterbukaan dalam komunikasi ini penting sekali, saling mengerti, tahu kapan harus berdialog dengan serius atau pun enjoy. Karena keharmonisan keluarga lah yang menentukan karier kita ke depan.
“Dan, Alhamdulillah di rumah saya ada meja demokrasi yaitu meja makan saya yang berjumlah sekitar 12, di mana saya dan suami, anak 2, menantu 2, dan cucu 5, Alhamdulillah kami sering berdialog tentang apa saja, itu yang membuat keharmonisan tetap terjaga, terus kita saling mengisi, mendukung dan menumbuhkan cinta di antara kita,” ungkap istri dari H. Gde Sardjana, Dipl. Ing, SE. M.M., serta ibunda dari Shandy Aditya, BIB. MPBS (Dosen UNJ) menikah dengan Elina Rahmita Sofian, S.Hum, Grad. Dip. dan dr. Monica Andalusia SpKj. (Psychiater/Spesialis Kejiwaan) yang menikah dengan dr. Agatha Pradana SpOG (Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Obgyn Candidate) ini.
Keluarga adalah Dream Team yang Saling Support
Perjalanan karier Prof. Sylviana dimulai dari bawah, sebagai staf sekaligus juga Penatar P4 di BP7 DKI Jakarta. “Alhamdulillah berkat kerja keras, disiplin, kemudian menjaga silaturahim Alhamdulillah saya sampai pada puncak karier saya yaitu Eselon 1 sebagai Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata di Pemprov DKI Jakarta.”
Prof. Sylviana menyadari bahwa sebagai perempuan berkarier tentu banyak sekali kendala, namun ia yakin apabila serius menangani masalah, berteman dengan siapa saja, sekaligus banyak belajar dan terus belajar, juga belajar dari pengalaman, maka dalam setiap perjalanan karier akan bisa dilewati step by step. Lebih dari itu, baginya dukungan keluarga sangat penting dan menentukan kesuksesan.
“Dukungan utama suami, dan anak-anak sangat menentukan karier kita sehingga ketika kita berkarier kita tidak lagi terbelenggu oleh pikiran atau halangan-halangan dari internal. Suami saya Alhamdulillah sangat mendukung demikian juga anak-anak saya. Anak saya ada dua orang, dua-duanya sudah menikah, yang pertama memberikan cucu 3 orang, yang kedua memberikan 2 orang cucu. Dan anak-anak saya beserta pasangannya sudah pada level Master/Dokter Spesialis,” bangga Prof. Sylviana yang suka nyanyi, berenang, dan bermain-main dengan cucu-cucunya untuk refreshing.
Dukungan keluarga yang luar biasa bagi Prof. Sylviana adalah sekaligus menjadi kiat dan kunci suksesnya dalam berkarier. “Kita sekeluarga saling mendukung karena kita adalah dream team, kita betul-betul team yang solid, saling menguatkan, saling mengisi dan saling betul-betul mengerti satu sama lain. Sehingga tidak ada yang saling berkompetisi kemudian saling tidak mendukung itu sama sekali tidak ada, bahkan kita bahu membahu bagaimana keluarga kita tetap harmonis dan bahagia. Dan kata kuncinya menurut saya bagaimana kita mengerti sifat masing-masing dan mengisinya, mendukung bahkan saling belajar satu sama lain.”
Selain itu, Prof. Sylviana memilki prinsip yang dipedomaninya selama tidak kurang dari 31 tahun berkarier, yaitu: ‘Smart work hard with heart based on regulation and religion’, artinya bekerja keras dengan cerdas dengan hati dan berbasis pada regulasi dan agama. Kalau mau selamat di dunia ikutlah regulasi yang ada mulai dari lingkungan RT, RW sampai pada norma-norma yang paling tinggi. Kalau mau selamat di akhirat tentu saja kita harus mengikuti aturan apa yang jadi pedoman dalam agama kita.
Jiwa juang dan karakter kerja keras yang tertanam dalam diri Prof. Sylviana, berkat gemblengan dan didikan orang tuanya. “Sosok yang sangat menginspirasi saya adalah Alm Papa dan Almh Mama. Papa yang sangat tough, suka berjuang, dan rela berkorban demi orang lain. Kalau Mama saya sangat mau mendengar, diam tapi menenangkan dan menyenangkan, jadi beliau berdua sangat menginspirasi hingga saya bisa sampai seperti saat ini. Dan saat saya menikah suami saya jadi sosok yang menginspirasi juga karena sangat support dalam berbagai hal.. beliau suami yang limited edition dan mengerti saya… saya sangat bersyukur,” ujar Prof. Sylviana sumringah, yang selalu melakukan apa yang diajarkan almarhum orang tuanya, yaitu banyak shalat dan mengaji ketika perasaan suntuk atau stress menghampiri, agar jiwa dan raga kembali fresh.
