MajalahKebaya.com, Jakarta – Pengalaman seringkali mengajarkan seseorang untuk menjadi kreatif di tengah perjuangan dalam menjalani kehidupan. Perjuangan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keyakinan seseorang untuk tetap kuat menghadapi tantangan. Sama halnya dengan pembelajaran yang tidak akan pernah berhenti selama ada ketekunan untuk menyelesaikan tujuan dengan kesuksesan. Begitu juga yang dialami seorang perempuan cantik kelahiran Batusangkar, 17 Juni, pemilik nama lengkap Winda Fitriyanti yang akrab disapa Winda.
Winda yang dikenal dan berprofesi sebagai MC atau Master of Ceremony berhasil melewati perjalanan dan pembelajaran sampai ia menjadi seorang MC profesional. Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Public Relations Universitas Sahid Jakarta ini, mulai menekuni profesi sebagai MC dan paham akan tanggung jawabnya sejak tahun 2005.
Sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh Winda akan mempunyai profesi seorang Pembawa Acara atau MC. Semua berawal dari tawaran dan motivasi kakak iparnya sehingga membuka jalan untuk menjalani pelatihan sebagai Pembawa Acara dan Public Speaking. Dalam pelatihan diajarkan banyak hal sebagai modal menjadi MC yang baik dan benar. Bagaimana cara mengolah bahasa yang baik dan benar serta menata kalimat-kalimat efektif yang gampang dimengerti oleh audience. Bahasa dan postur tubuh yang enak dilihat, attitude yang baik dan benar, tata busana, tara rias dan aksesoris yang tepat, teknik berbicara di depan microphone,dan lain sebagainya.
Jauh sebelumnya, sewaktu SD sampai SMA bahkan kuliah, ternyata ekskul yang diminati Winda menjadi cikal bakal untuk menjadi seorang MC. Lomba pidato, puisi, menari, dan theater diminati dan ditekuninya. Olah vokal sedari kecil membuatnya mudah dalam pengembangan profesi MC. Walau sampai SMA tidak berpikir akan menjadikan MC sebagai profesi, karena jurusan di SMA adalah IPA, tapi ternyata saat kuliah ia mulai menyadari bahwa bakat dan minat ternyata pada kegiatan bidang sosial, tepatnya Ilmu Komunikasi. “Dan, saat terjun ke dunia MC, saya merasa inilah dunia saya, di sinilah tempat saya. Dan saya benar-benar enjoy menjalaninya. Ibaratnya seperti hobi berbayar.”
Pada dasarnya seorang MC harus bisa dan mau memandu acara genre apapun juga. Untuk MC pernikahan tentu harus bisa dan mau memandu acara semua adat dan tradisi Indonesia. Tapi karena lebih banyak mendapat job memandu acara pernikahan Minangkabau maka ter-branding-lah bahwa Winda adalah MC Wedding Minangkabau. Apalagi memang Winda merupakan wanita Minang, yang lahir dan besar di Ranah Minang.
Bukan berarti Winda tidak mau memandu acara tradisi lain, karena ia juga sering memandu acara pernikahan Palembang, nuansa Sunda, Jawa dan lain-lain. Tapi tentunya ia harus yakin bisa dan mampu memandu acara dengan baik dan benar. Karena adat dan tradisi pernikahan adalah kebanggaan dan martabat serta nilai luhur suatu daerah. Dan, MC sebagai orang yang memandu acara adat harus benar-benar mengerti dan memandu dengan baik dan benar sebuah acara tradisi tersebut. Bisa dibilang MC adalah salah satu ornamen bangsa yang bertugas menjaga dan melestarikan budaya Indonesia.
“Pada 2008 ada Wedding Organizer (WO) yang menawarkan job. Waktu itu prinsipnya job yang datang, saya akan ambil dan mempelajarinya. Berhubung acara pernikahan adat Jawa, saya private dua jam sama ahlinya. Acara selesai dengan baik, tidak ada complain dan saya mendapat pujian, tetapi saya merasa tidak puas. Ada teks Bahasa Jawa yang harus saya baca dan saya khawatir salah pengucapan. Setelah saya pikir lagi, tradisi bagi suatu wilayah itu adalah martabat dan kebanggaan daerah. Saya harus benar-benar yakin sudah memandu acara sesuai adat dengan baik dan benar. Akhirnya sejak saat itu saya sangat hati-hati sekali dalam menerima pekerjaan memandu pernikahan tradisi.”
Winda percaya jika ia membuka diri untuk mengerti suatu hal, mau menerima kritik dan saran serta mau belajar, maka segala pekerjaan yang dilakukan menjadi mudah tanpa ada beban yang mengiringi. Kebahagiaan akan datang karena ia merasa berhasil menjalankan kegemaran atau hobi yang menghasillkan untuk diri sendiri dan bermanfaat untuk orang lain.
Sepanjang berkarier, Winda menyadari bahwa dalam sebuah acara pernikahan, kesuksesan acara tak terlepas dari kerja sama semua pihak. Termasuk Wedding Organizer atau WO. Membuka diri bekerja sama dengan WO membuat jalannya acara berlangsung dengan baik. sehingga acara akan suskses. Begitupun dengan vendor-vendor lainnya seperti fotografer, entertainment, catering, serta panitia dan keluarga mempelai.
“Sampai sekarang saya tetap membuka diri untuk terus belajar, karena zaman senantiasa berubah. Tapi tentunya tanpa meninggalkan kepribadian diri yang baik. Artinya dengan siapa dan dari sumber mana saja belajar, menerima semua perubahan dan menyaring hal-hal baik untuk pengembangan diri.”
Selain aktif sebagai seorang MC, bunda dari Anisha (S1 Hukum UPH) dan Habil (Semester 7 Binus), serta istri dari Edi Yandri ini, juga sangat mencintai dunia fashion, di mana mengantarkannya pada kemammpuan merancang busana sendiri. Busana tersebut dipakai untuk keperluan penampilan saat membawa acara dan kesempatan lainnya. Dengan memakai busana yang dibuat sendiri bahkan tak jarang dirancang sendiri sering membuat terbuka kesempatan untuk berbisnis fashion. Akhirnya untuk memenuhi permintaan teman pada tahun 2008, Winda memulai usaha butik. Tapi sayang, karena sesuatu dan lain hal pada tahun 2018 butik ditutup. Tapi kecintaan pada fashion tak pudar. Karena fashion baginya adalah salah satu hobi dan juga salah satu wadah untuk aktualisasi diri. Tampil cantik, enak dilihat, rapi, sesuai pada tempat dan acara, hal mutlak yang didapatnya dari kecintaannya pada fashion.
Me Time. Kesibukan dalam menjalani profesi dan sebagai istri serta ibu dari sepasang anak-anak yang juga sudah beranjak dewasa, tentunya menguras tenaga dan pikiran. Hal itu tidak membuat Winda kehilangan waktu khusus untuk menyenangkan diri sendiri. Me time dengan menonton film-film kesukaan di bioskop atau pun dengan aplikasi berbayar sering dilakukan.
Selain itu, Winda tetap aktif bersosialisasi dengan teman-teman dekat, mengikuti kegiatan arisan, pengajian dan menghadiri acara fashion, menjadi pilihan terbaik yang membuat bahagia. Bagi Winda, hidup tidak bisa dijalani sendiri, bahkan di saat kita butuh sendiri. Tetap ada teman, sahabat, keluarga yang akan menyempurnakan hari-hari kita.
Terinspirasi Sosok Ibu dan Kakak Ipar. Winda mengungkapkan bahwa ia bukanlah tipikal yang mudah mengidolakan seseorang. Tapi yang sangat menginspirasi dan memberikan motivasi diri sehingga ia dapat bersinar seperti sekarang ini adalah ibunda dan kakak iparnya. Ibundanya adalah seorang guru Sekolah Dasar di wilayah Sumatera Barat. Seorang ibu yang benar-benar selalu ada untuk anak-anaknya dan berjuang mandiri untuk kesuksesan anak-anaknya. Mengajarkan untuk bersikap humble, tahu diri, dan bisa menerima keadaan dengan hati yang lapang. Di lain sisi, kakak iparnya yang mandiri, percaya diri, dan sukses mengajarkan padanya bahwa sebagai wanita tidak boleh manja. Hiduplah sebagai penopang bagi suami. Lakukan apa saja yang bisa membantu suami dan keluarga. Kembangkan diri untuk maju sehingga bisa berdiri di kaki sendiri.
“Mama saya yang seorang guru sederhana tapi berjiwa besar mengajarkan untuk bisa menerima dengan baik keadaan apapun juga, mementingkan pendidikan untuk anak-anaknya. Walau kami tinggal di daerah, Mama dan Papa mengarahkan kami untuk sekolah tinggi walau harus merantau jauh. Mama adalah istri yang sangat berbakti kepada Papa, dari situlah saya belajar cara menjadi istri yang baik untuk suami saya. Dan, kakak ipar memberikan warna lain dalam perjalanan hidup dan karier saya, memotovasi bahwa wanita itu semestinya mandiri, serba bisa dan percaya diri dan jangan terjebak di zona nyaman, memang dulu sebelum menjadi MC saya sangat nyaman dengan kondisi yang merasa sudah terpenuhi semua kebutuhan oleh suami. Saya menyaksikan kakak ipar memulai bisnisnya di saat ekonomi keluarganya sangat mapan, dan bisnis itu dimulai dari nol sampai sukses. Di antara kedua wanita itulah saya tumbuh dalam kedewasaan sikap dan tingkah laku, yang sangat mempengaruhi saya menjadi saya saat ini.”
Selain peran Sang Ibu, Winda mengakui peran Sang Ayah juga sangat besar dalam menentukan kesuksesannya meraih impian. “Papa juga mempunyai andil besar dalam menambah keyakinan untuk terus belajar. Di usianya yang sudah 86 tahun saat ini, beliau masih tetap memberikan support untuk kemajuan saya. Dan, tentunya doa restu dari orang tua jugalah yang membuat saya bisa ke titik ini. Intinya saya ingin tetap menjalani profesi ini dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. Menjadikan acara sukses dan berkesan.”
Tidak dipungkiri dalam perjalanan kehidupan, jatuh bangun merupakan perjuangan hidup yang tidak dapat dihindari. Winda pun mengalami hal tersebut. Pernah berada di titik terendah tidak membuatnya menyerah pada keadaan. Itulah hidup, jatuh tapi segeralah bangkit untuk bangun. Dan yang paling penting berserah diri dan meningkatkan nilai ibadah kita pada Allah SWT. Dan ikhlas menjalani segala cobaan itu.
“Saya selalu cerita dan mengadu pada Allah tentang apapun yang saya rasakan. Di saat susah dengan bercerita dan memohon doa kepada Allah, Allah selalu menyelamatkan saya. Bagi saya masalah apapun yang terjadi, seberat apapun diusahakan untuk tidak curhat pada manusia. Lebih baik tumpahkan semuanya saat sujud ke haribaan-Nya.Karena prinsip saya kesusahan dan rasa sedih kita biarlah hanya Allah yang tahu karena Dialah pemilik semuanya. Dia pulalah yang punya kemampuan penuh untuk membolak-balikkan keadaan. Nah, kalau kebahagiaan bolehlah kita bagi dengan orang lain. Seperti nasehat dari orang tua yang pernah saya dengar ‘Jagalah dirimu, jangan sampai orang tahu kamu sedang bersedih, ibaratnya jangan sampai orang tau isi dompet mu..’ Begitulah saya menjaga diri dengan tidak mengumbar hal-hal pribadi yang hanya menjadi milik saya. Tapi untuk hal-hal bahagia dengan senang hati saya ingin membaginya dengan orang orang.. apalagi dengan orang-orang dekat yang saya sayangi.”
