MajalahKebaya.com, Jakarta – Mencintai budaya bisa diwujudkan dengan berbagai cara, baik dalam karya, karier, profesi, bahkan lewat bisnis yang digeluti. Begitu pun dengan penyanyi senior Yuni Shara yang di usia jelang 50 masih terlihat awet muda dan energik, mengungkapkan kesukaan dan kecintaan akan budaya bangsa lewat karya dan profesinya. Ia sering mengenakan busana berbahan etnik seperti ulos, songket, tenun, dan batik dalam berbagai kesempatan. Apalagi artis cantik mungil ini lebih fokus sebagai penyanyi keroncong yang sangat kental dengan unsur budaya.
Perkembangan dunia fashion yang sangat dinamis dan berkembang pesat saat ini, di satu sisi menjadi peluang bagus untuk mengeksplor potensi wastra bangsa di kancah dan event-event baik domestik maupun dunia, namun di sisi lain justru generasi milenial kita yang kurang mencintai wastranya sendiri. Itu merupakan keprihatinan kakak kandung dari artis dan Anggota Dewan Krisdayanti ini. Ia melihat minat memakai busana nasional seperti batik masih kurang, meskipun saat ini sudah ada Batik Day di instansi pemerintahan ataupun kantor-kantor swasta.
“Bukan karena rasa nasionilismenya kurang atau enggak suka, tapi mungkin karena model yang ada di pasaran masih kurang simpel dan mengikuti jiwa anak milenial seperti sekarang ini,” ujar Yunet, sapaan akrab wanita kelahiran 3 Juni ini.
Ke depan, kalau look batik yang banyak beredar di pasaran masih seperti ini, menurut Yuni Shara, anak-anak muda akan memakai pakaian nasional hanya karena keharusan saja atau pada event-event tertentu saja. Agar menarik, saran Yuni, misalkan ada anak muda yang sudah mulai suka Batik Lasem dan kemudian memadupadankan penggunaan batiknya ini dengan celana denim yang modelnya sobek-sobek yang keren, biarkan saja dulu. Atau ada yang memakai batik dengan style Korean Look, jangan dilarang.
Dengan demikian, para kaum milenial bisa saja lama-kelamaan akan menjadi suka. Karena pada dasarnya, anak muda tidak akan suka dengan peraturan mengikat. Yuni menegaskan, menggunakan batik bukan berarti tidak bisa dimodifikasi. Dengan model yang keren, penggunakaan aksen lainnya akan lebih menarik.
“Semoga lebih banyak desaner muda muncul dengan ide kreatif yang kekinian dan membuat look batik menjadi modern. Dan pastinya membuatnya dengan harga yang terjangkau. Simpel, kekinian, dan enggak mahal,” ungkap sosok ayu bernama asli Wahyu Setyaning Budi ini.
Sangat Mencintai Keluarga. Yuni sangat mencintai keluarganya. Latar belakang dan tempaan hidup di masa lalu, sangat kuat membentuk karakternya seperti saat ini. Bagaimana ia dan adiknya KD, harus bersusah-susah demi bertahan hidup bersama ibu mereka yang merupakan single parent. “Keadaan kami kan sulit. Jadi saya sama Yanti itu dari kecil emang terbiasa sulit. Mama yang single parent, kemudian kita hijrah ke Jakarta yang dari tinggal di rumah besar mendadak kita harus tinggal di rumah petak,” lirih ibu dua anak ini.
Karena sang ibu bekerja, Yuni dan KD berusaha bertanggung jawab dan membantu beliau dalam mengurus rumah tangga. “Jadi kita otomatis tanggung jawab, nih. Karena Mama waktu itu kerja di salon dan bikin kue juga, Yanti berangkat pagi aku berangkat siang, pagi itu harus bantuin Mama. Bikin kue bikin ini bersih-bersih rumah pagi Yanti sekolah. Nanti sore Yanti bersih-bersih rumah segala macem. Sore pulang sekolah saya sudah masak nasi, bikinin kopi Mama, Yanti yang jemput Mama,” ungkapnya mengenang.
Pengalaman hidup seperti itulah yang membentuk Yuni menjadi perempuan mandiri bahkan ia mengaku separuh tubuhnya adalah laki-laki. Jika akhirnya ia dan keluarganya bisa hidup seperti ini, menurut Yuni itu memang hasil kerja keras. Ia juga bersyukur, berkat kondisi kehidupan di masa lalu, ia menjadi semakin peka terhadap lingkungan sekitar.
Sementara pola asuh pada kedua anaknya, Cavin dan Cello, yang saat ini memasuki periode remaja, Yuni menempatkan dirinya sebagai sahabat. Karena saran, masukan, nasehat, hingga kritikan seorang sahabat, akan jauh lebih didengar daripada doktrin atau wejangan dari orang tua. Bahkan, karena menyadari pengetahuan tentang teknologi anak-anaknya jauh lebih luas dan banyak darinya, Yuni tak sungkan bertanya dan belajar dari mereka.
“Misalnya kan lagi ngetren Korea, nah anak-anak tuh mempelajari detail banget. Mulai dari bisnisnya, manajemennya. Saya suka nanya ke mereka. Pengetahun mereka melebihi dari yang kita duga. Saya tak pernah malu untuk bertanya dan saya juga berusaha untuk menjaga ranah pribadi mereka agar mereka juga nyaman dengan saya,” ujar Yuni bijak.
Di rumah, karena anak-anak sudah besar dan mempunyai aktivitas sendiri-sendiri, sehabis Sholat Isya Yuni sudah masuk kamar. Ia melakukan hal-hal yang disukainya, seperti membaca buku, atau pun mendengar vlog-vlog tentang Paris atau podcast-podcast dari Cak Nun. Pandemi ini ia pun banyak belajar tentang motivasi dari para motivator lewat IG Live yang sering diadakan oleh beberapa motivator.
Pencinta Taman Hijau. Sejak kecil Yuni sudah sangat menyukai tanaman, terutama tanaman hias. Mungkin karena ibunya sering memberi tugas padanya untuk menyirami tanaman. Sampai sekarang kebiasaan menanam dan merawat tanaman, sudah menjadi hobi dan kecintaan yang sangat menyenangkan baginya.
“Kalau bisa mungkin rumah ini sudah seperti hutan, jadi memang sesenang itu.. Nah, pas pandemi, melihat konsep Jungle House, mulailah tanaman yang ada di luar masuk ke dalam. Malah sekarang every corner ada tanaman,” ujarnya bahagia.
Saking sayangnya pada tanaman, Yuni kerap mengajak bicara pada tanamannya. Setiap malam ia suka berkeliling di dalam rumah mengajak bicara tanamannya karena menurut Yuni, tanaman juga makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT. Hal itu juga ia lakukan sebagai bentuk rasa syukur. “Ngobrol sembarang. Mungkin seperti orang gila kalau melihatnya. Ya, sebagai ucapan rasa syukur pada Tuhan yang telah memberi banyak hal kepada kita,” ujar Yuni dengan yakin.
Saat ini Yuni sedang senang-senangnya dengan tanaman Sirih Gading yang terkenal paling cepat tumbuh dan subur, karena sangat cantik dan merawatnya pun cukup mudah. Meski sudah lama menyukai tanaman, Yuni mengaku tidak terlalu memiliki pengetahuan yang mendalam tentang tanaman. “Kalau ditanya teknik-tekniknya, mungkin saya termasuk orang yang enggak ngerti tanaman, nama-namanya apa, saya juga bukan tanaman yang kekinian, kan ada yang hafal banget namanya saya enggak ngerti. Saya tahunya cuma yang hijau-hijau. Saya pun hanya merawat tanaman dengan air dan kasih sayang, enggak ada vitamin-vitamin, saya musti banyak belajar sih kalau pakai vitamin, vitamin saya kasih sayang saja,” tutur Yuni.
Jadi Referensi Teman. Di kalangan sahabatnya Yuni dijuluki Yellow Pages karena pengetahuanya yang luas. Apa pun, mulai dari kosmetik, masakan, hingga busana, banyak temannya yang bertanya atau bahkan mengikuti apa yang ia kenakan. Tamara Geraldine misalnya, meminta Yuni untuk mendesain interior rumahnya persis seperti rumah Yuni. “Dulu Rossa pas hamil, main ke rumah aku minta diajarin masak,” ujarnya.
Yuni bersyukur banyak teman percaya apa yang ia pakai dianggap baik dan kerap ditiru oeh teman-temannya. “Alhamdulillah, sesama teman prinsipnya harus sama nggak boleh lebih semua harus sama supaya dapat jobnya bareng,” ujarnya.
Salah satu kelebihan Yuni yang kerap diandalkan oleh teman-temannya adalah dalam menyusun menu makanan untuk satu bulan. Bukan hanya Krisdayanthi saja yang meminta untuk dibikinkan menu bulanan masakan rumah, tapi juga beberapa temannya minta dibuatkan. Op
