Profil

Prita Miranti Suyudi: Prioritas Waktu untuk Sebuah Kesuksesan dan Pencapaian

MajalahKebaya.com, Jakarta – Tantangan terbesar bagi manusia yang ingin berkarya adalah waktu. Untuk setiap perjalanan dan perhentian, manusia akan berpacu dan dikejar-kejar oleh waktu. Tidak ada yang salah ketika waktu sudah tak lagi berpihak, hanya saja apakah manusia mampu memaksimalkan waktu yang ada dengan sebaik mungkin. Pernyataan ini yang menjadi keyakinan seorang perempuan anggun dan rendah hati bernama Prita Miranti Suyudi untuk berusaha mengatur waktu dengan baik. Waktu yang terbatas untuk melakukan lebih banyak lagi, waktu yang tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan dengan cepat sebelum masalah lainnya datang, waktu untuk merawat diri sendiri dan menghabiskannya dengan orang yang dicintai.

“Hal utama bagi saya adalah mencoba mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. Jadwal juga saya atur sedemikian rupa agar realistis sehingga saya bisa memenuhi komitmen saya baik terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain, dengan tepat waktu. Jika kita bisa mengatur waktu dengan baik, setidaknya satu permasalahan utama dalam hidup kita sudah berkurang.”

Waktu menjadi prioritas yang diperhatikan kala seseorang mencatatkan tujuan dengan pena terbaiknya. Karena itu setiap tantangan dan rintangan pastinya dihadapi dengan kerja keras tanpa mudah menyerah. Begitu pun yang dihadapi Prita dalam menjalani karier dan pekerjaan di bidang hukum hingga ia berjaya sampai saat ini.

Perjalanan karier Prita dimulai ketika ia tertarik di bidang hukum sejak usia muda, mengikuti pendidikan Ibunda Sulistyani yang juga di bidang hukum. Ketertarikan itu mendorongnya untuk mengambil studi Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta di tahun 1997. Setelah lulus Pendidikan Strata-1, ia langsung melanjutkan ke jenjang Strata-2 Magister Kenotariatan di Universitas Indonesia. Semua studi ditempuh dengan tepat waktu. Bahkan kariernya di bidang hukum sudah dimulai sebelum menamatkan pendidikan. Ketika ia menjadi paralegal di firma hukum profesor pembimbingnya adalah Prof. Nindyo Pramono & Associates. Karier di bidang hukum sempat terhenti karena ia disibukkan dengan lahirnya kedua buah hati yang umurnya berdekatan, Baariq Thaib (18 th) dan Aliya Thaib (17 th). Ia juga terlanjur terlalu asyik menjadi penyiar berita di TVRI Nasional.

Di tahun 2014, Prita jatuh cinta pada Pulau Bali dan ingin sekali menetap di sana. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan membawa kariernya ke Bali. Kabupaten pertama tempat Prita menjalankan jabatannya adalah di Kabupaten Klungkung. Kabupaten yang formasinya masih terbuka untuk notaris baru. Ia berkantor di kabupaten dengan suasana pedesaan dan menjalani dengan suka hati sampai akhirnya ia memenuhi syarat untuk pindah ke kabupaten dengan tingkat yang lebih tinggi, yaitu Kabupaten Badung. Hingga saat ini Prita sudah menjalani jabatan notaris selama 6 tahun dan ia sungguh menikmati pekerjaannya. Dan, saat ini ia baru memulai studi Program Doktor Ilmu Hukum di UGM.

Proses dan Tantangan. Memulai kembali karier di bidang hukum yang sempat terhenti selama beberapa tahun merupakan tantangan yang cukup besar bagi perempuan penggemar traveling ini. Beberapa temannya yang sudah menjalankan jabatannya sejak lulus Magister Kenotariatan (MKn) di tahun 2005, sudah mulai menunjukkan karier yang cemerlang. Sementara ia harus menata ulang semuanya.

“Saya tidak pernah surut semangat, bahkan saya memandangnya sebagai suatu hal yang baru. Saya belajar dengan cepat dan bekerja lebih giat. Jabatan yang saya emban ini banyak kaitannya dengan kepercayaan. Membangun kepercayaan dari awal, inilah beban utama saya pada saat itu.”

Prita bersyukur diberikan banyak teman yang sangat mendukung dan juga passion di mana ia sudah tertarik dengan bidang hukum sejak awal, sehingga mengejar ketertinggalan itu terasa menyenangkan. Semua ia jalani dengan memiliki pikiran terbuka, rasa penasaran ingin belajar, ingin memberikan solusi terbaik bagi pengguna jasa. Ia juga bersyukur memiliki staff atau tim yang kompak. Tak ketinggalan, ia senang bermimpi dan berangan-angan.

“Menurut saya ini hal penting, berangan-angan untuk memiliki tim yang besar, kantor yang cantik, klien yang puas akan jasa yang saya berikan. Mimpi adalah pendorong kita untuk bergerak maju.”

Komitmen dan Integritas. Jabatan Prita membutuhkan pengetahuan di bidang Hukum Perdata yang mendalam, ketelitian, dan keakuratan. Profesi ini menuntut komitmen yang cukup tinggi dari segi waktu dan disiplin kerja karena berkaitan dengan akta-akta otentik beserta dokumen-dokumen pendukungnya. Notaris juga dituntut untuk memiliki kerapian yang lebih dibanding profesi-profesi lainnya. Demi menjaga komitmen dan integritas agar tetap utuh dan mendukung kariernya, yang dilakukan Prita pertama dan yang menjadi kunci utama adalah harus menyenangi dulu apa yang dikerjakan. Apabila menyenangi pekerjaan yang dilakukan, beban yang diemban dalam bekerja terasa lebih ringan.

“Jika rasa penat datang, kita harus memberikan pikiran dan tubuh kita rehat. Barangkali itu yang memang diperlukan. Kita penat itu bukan tanpa alasan, don’t be too hard on yourself. Jika dirasa perlu beristirahat maka beristirahatlah. Untungnya, saya ini mudah terlelap, kapan saja diperlukan. Mungkin saya belajar dari ayah (Achmad Sujudi) dan kakak (Ratri Suyudi) keduanya dokter yang jauh lebih sibuk daripada saya. Lalu, jangan mengambil porsi berlebihan yang tidak dapat kita kuasai, don’t bite off more than you can chew. Lebih baik bertahap namun selesai dengan baik.”

Prita berharap apa yang dilakukan dan diupayakan sekarang dapat memberi pengaruh baik, menginspirasi setidaknya anak-anak dalam kehidupan mereka. Jika diijinkan oleh semesta, tentunya Prita ingin apa yang dilakukan dapat memberi dampak baik bagi masyarakat sekecil apapun itu.

“Menjadi orang yang bermanfaat dan melakukan hal-hal yang bermanfaat adalah keinginan besar saya.”

Potensi Perempuan Indonesia. Perempuan yang hobi membaca buku, menonton film dan jalan pagi bersama Roti, Tempe dan Tokyo (Rottweiler dan Border collies) ini, mengungkapkan bahwa potensi perempuan di Indonesia atau di mana pun tidak perlu menjadi sebuah pertanyaan lagi. Kesempatan untuk berkarya dan mengakses sumber daya demi mewujudkan karya sudah semakin setara. Perempuan sudah memiliki keleluasaan yang lebih untuk memilih karya apa yang akan mereka persembahkan di dunia dan kehidupan mereka.

“Saya melihat peluang perempuan Indonesia besar sekali. Akan lebih besar lagi apabila perempuan-perempuan Indonesia saling mendukung satu sama lain untuk menjalani pilihannya, tanpa menghakimi.”

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top