MajalahKebaya.com, Jakarta – Tantangan menjadi dokter tidak mudah. Pengorbanan yang tidak sedikit sangat dibutuhkan, agar optimal dan profesional dalam mengemban tugas melayani kesehatan masyarakat, kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi apa pun. Waktu, tenaga, kepentingan atau urusan diri dan keluarga, siap dikorbankan demi panggilan tugas membantu dan menyelamatkan nyawa banyak orang. Itulah yang dijalankan dr. Erika, SpJP, FIHA sehari-hari. Baginya, panggilan jiwa sebagai dokter, siap dengan segala tantangan dan risikonya, dan tidak bisa ditawar-tawar. Merupakan komitmen dan integritas yang sudah dicanangkan dalam diri sejak pertama kali memilih profesi sebgai dokter.
“Itu sudah pasti, karena saat menjalani profesi dokter kita harus punya komitmen dan integritas yang kuat, karena kita banyak mengorbankan, seperti waktu untuk keluarga. Kita tetap harus stay di Rumah Sakit walaupun orang-orang lain lagi pada liburan. Jadi memang butuh komtmen dari awal bahwa profesi dokter ya harus seperti itu,” tegas Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Pusat Pertamina dan Siloam Asri ini.
Bahkan, dalam-situasi-situasi tertentu, tantangan dan rintangan yang dialami seorang dokter terasa sangat berat. Seperti pada saat pandemi yang hingga kini masih terus menghantui. Bagi dr. Erika, sapaan akrab dokter cantik kelahiran Banda Aceh, 25 Agustus ini, bukan hanya sekadar pandemi, tetapi justru di saat-saat yang menakutkan itu, ia baru saja melahirkan. Kecemasan dan ketakutan akan keselamatan bayinya dipertaruhkan.
“Saaat pandemi juga dokter pasti takut ya, apalagi sebelum vaksin. Awal pandemi itu saya baru lahiran jadi setelah selesai cuti langsung tugas lagi jadi garda terdepan, padahal saya masih menyusui aktif anak saya. Sat itu saya sangat takut bawa penyakit ke anak dan saya tidak bakal bisa mundur, kalau mau tidak pulang ke rumah tapi kasihan anak saya yang masih menyusui. Maka dari itu memang komitmen dari awal sangat penting,” ungkap dr. Erika.
Tantangan terberat dr. Erika, sebagai seorang wanita, di satu sisi menjadi seorang dokter yang dituntut untuk melayani pasien 24/7 atau 24 jam setiap hari, tapi di sisi lain menjadi ibu yang dituntut untuk memberikan perhatian, dan juga menjadi seorang istri. Jadi menurutnya, membagi waktu adalah tantangan paling besar. Bagaimana bisa adil dan semuanya sukses tanpa ada yang jomplang.
“Alhamdulillah saya memiliki support system yang sangat luar biasa, dari suami yang memang kebetulan juga seorang dokter, sehingga beliau juga sangat mengerti dan memahami pekerjaan saya sehingga kami kadang bertugas bergantian ketika harus menemani anak-anak. Tidak lupa pula support system dari orang tua kami, ayah dan ibu saya serta ibu dan ayah mertua saya ikut andil dan sangat membantu saya dan suami sehingga bisa mencapai titik seperti saat ini, tanpa mereka rasanya mustahil kami berdua bisa menjalani pekerjaan yang kadang tidak mengenal waktu ini. Pekerjaan kami menuntut terkadang mengambil waktu weekend untuk keluarga, sehingga kadang jika kami harus bertugas di waktu libur atau weekend kami mengajak anak-anak kami ikut ke RS walau hanya sekedar menungggu di mobil saat kami harus visit pasien di RS, bagi kami bukan harus ke mana perginya namun waktu kebersamaannya sehingga saya dan suami harus pintar-pintar memanfaatkan waktu bersama anak-anak,” terang istri dari dr. Novan Satya Pamungkas, SpOG-KFM, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal, serta ibunda dari Kayana Zaraisha Putri Novan (8 th, Kls 3 SD), Khairan Zayyandra Putra Novan (3.5 th, Play Group), dan Kayra Zaffina Putri Novan (1.5 th) ini.
Tenis, Abnon, Putri, Entrepreneur, hingga Dokter. Setelah menamatkan pendidikan Kedokteran di Universitas Trisakti pada tahun 2009, dr. Erika yang sedari awal memang bercita-cita menjadi Dokter Spesialis Jantung ini sempat memiliki pengalaman bekerja sebagai Dokter Umum sebelum melanjutkan pendidikan spesialisnya. “Saya sempat mencari pengalaman magang menjadi Asisten Penelitian salah satu Dokter Spesialis Jantung di RS Harapan Kita selama satu tahun, lalu setelah itu bertugas menjadi Dokter PTT di Kabupaten Bentiring, Bengkulu Tengah dan kurang lebih bertugas selama 3 tahun menjadi Dokter Umum di RS Pusat Pertamina Jakarta. Setelah itu saya melanjutkan pendidikan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Universitas Padjdjaran Bandung.”
Setelah menyelesaikan pendidikan spesialisnya pada bulan September 2018, dr. Erika kembali bergabung dan bekerja sebagai Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di RS Pusat Pertamina. Selain di RS Pusat Pertamina, dr. Erika juga saat ini bekerja di RS Siloam Asri Jakarta.
Menjadi dokter adalah cita-cita dr. Erika sejak kecil. Apalagi, orang tua juga mengarahkannya untuk menjadi dokter. Meskipun saat remaja, ketertarikan di dunia olahraga, khususnya tenis lapangan sangat besar.
“Memang keinginan dan cita-cita dari kecil, orang tua juga mengarahkan untuk menjadi dokter. Saya dulu sempat ingin serius menggeluti olahraga tenis lapangan sampai ikut pertandingan-pertandingan tenis lapangan tingkat junior, namun saat lulus SMP saya dihadapkan pilihan antara mau menekuni serius olahraga atau fokus di pendidikan formal. Akhirnya karena saran orang tua saya memutuskan memilih pendidikan formal dan tenis menjadi bagian hidup saya hingga saat ini. Selama SMA saya masih sering berlatih walau tidak seintens waktu kecil, namun setelah saya masuk Kedokteran rasanya sulit membagi waktu kala itu sehingga tenis atau olahraga otomatis menjadi hobi saja,” kenang dr. Erika.
Potensi dan talenta yang dimiliki dr. Erika tidak hanya di bidang olahraga dan pendidikan saja. Ia pun sempat mengikuti berbagai ajang pencarian bakat dan pemilihan Putri Pariwisata Indonesia, Abang None, hingga menjajal kemampuan menjalankan usaha.
“Saya sempat mengikuti ajang pencarian bakat seperti Abang None, Miss Indonesia hingga menjadi Runner Up Putri Pariwisata Indonesia 2009. Tujuan saya saat itu sebenarnya ingin mencari pengalaman baru, pengalaman ketemu orang-orang di luar dari profesi saya pada akhirnya saya bersyukur sekali bisa memiliki pengalaman seperti itu, random banget ya memang. Saya sempat aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di bidang pariwisata, sosial, dan tentunya juga saya mendapat banyak ilmu tentang public speaking yang tentunya juga berguna di profesi saya saat ini. Saat pandemi ini saya belajar menjalankan usaha. Idenya dari keharusan mengenakan hazmat dan lain-lain APD untuk dokter atau nakes. Berdua dengan salah satu sahabat saya, dr. Anggina Diksita, Sp.THT-KL (Dokter Signature), berpikir bagaimana caranya agar pasien yang datang tidak takut karena kan hazmat itu telihat seram ya. Akhirnya kami memutuskan bikin usaha bareng yaitu menjual hazmat yang warna-warni dan bermotif. Awalnya bisnis APD Gown dengan brand doc.teur ini hanya iseng saja, membuat untuk dipakai sendiri dan teman-teman terdekat, namun ternyata baru membuat beberapa pieces langsung habis cepat dalam sehari. Dan sekarang sudah hampir ke seluruh Indonesia kita kirim. Semua proses produksi hampir seluruhnya kita turun tangan sendiri, dari membeli bahan baku hingga produksi. Sekarang usaha ini masih tetap berjalan namun sudah kembali fokus pada tugas utama sebagai dokter ya karena kan pasien sudah kembali normal,” tutur dr. Erika bersemangat.
Selama masa pandemi, dr. Erika tetap menjalankan pengabdiannya di RSPP. Jadwal praktik tetap seperti biasa, apalagi RSPP merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan Covid 19.
“Saya turun tangan langsung apalagi saya Spesialis Jantung yang berkaitan sekali dengan covid ya, jadi termasuk garda terdepan juga karena tiap hari terpapar dengan pasien covid. Untuk dua bulan terkhir ini, sudah lebih banyak pasien non covid, cuma dari dua tahun belakang itu memang lebih banyak pasien covid.. bedanya jauh sekali. Jadi memang malah makin ekstra kerjanya. Kalau pulang ke rumah pasti dengan prokes yang ekstra karena ada anak dan pasti dua minggu sekali melakukan pengecekan,” ujar dr. Erika yang saat ini juga aktif sebagai Pengajar di AGD Dinkes Jakarta, Anggota POKJA ATLR (Atherosklerosis Trombosis Lipidology Regenerative therapy) PP PERKI, dan Bendahara ATMI Jaya ( Asosiasi Tenis Medis Indonesia) cabang Jakarta.
Rencana ke Depan. Mimpi dr. Erika ke depan, selain menjadi Dokter Jantung yang terus bisa melayani pasien dengan lebih baik lagi, juga di satu sisi ia ingin menjadi entrepreneur sukses. Karena setelah terjun ke dunia bisnis, ia merasa sangat menyenangkan bisa bertemu dengan orang-orang baru, pengalaman-pengalaman baru, sehingga wawasan dan pergaulan semakin luas. Ia semakin bahagia ketika melihat produk-produk yang dibuatnya dipakai orang dan semakin banyak orang yang senang dengan produk-produk doc.teur.
Lebih dari itu dr. Erika ingin sekali membahagiakan orang tuanya yang merupakan inspirator utama dalam hidupnya. “Saya masih punya cita-cita umroh bersama seluruh keluarga, karena sejak jadi dokter rasanya saya bisa dihitung pakai jari bisa menghabiskan waktu yang lama dengan keluarga atau sekedar pergi bersama, sehingga cita-cita beribadah bersama orang tua dan keluarga adalah keinginan yang sudah saya rencanakan lama setelah saya selesai sekolah Spesialis, namun belum sempat terlaksana mendadak ada situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Semoga cita-cita itu bisa segera terlaksana saat situasi pandemi ini berakhir,” ungkap dokter yang hobi tenis lapangan dan traveling ini.
“Karena saya melihat sosok Ayah dan Ibu itu sangat gigih dan selalu mengajarkan anak-anaknya untuk berusaha dan mengejar cita-cita setinggi-tingginya. Kegigihan orang tua saya dalam berjuang membesarkan anak-anaknya menjadi panutan saya ke depan dalam mendidik anak-anak saya kelak. Orang tua saya selalu menanamkan kepada saya bahwa pendidikan nomor satu namun tidak pernah melupakan kodrat sebagai seorang wanita yang mendampingi seorang suami dan menjadi ibu untuk anak-anak, oleh karena itu mereka selalu mendukung dan men-support saya dalam setiap langkah yang saya ambil dan tempuh,” ujar dr, Erika.
Mencontoh perjalanan dan perjuangan orang tuanya, dr. Erika pun gigih, mandiri, dan tidak gampang menyerah, apa pun tantangan yang dihadapi, baik dalam karier, profesi, bisnis, maupun keluarga. Menurutnya, wanita harus bisa berdiri sendiri, menempatkan dirinya sebagai ibu, istri, wanita bekerja, serta mampu menyeimbangkan semuanya dengan baik. Tapi, juga harus memiliki waktu untuk diri sendiri, seperti menyalurkan hobi atau malakukan hal-hal kesukaan, untuk me-refresh diri.
“Jika suntuk biasanya saya mengalihkannya dengan bermain tenis bersama teman-teman. Saat ini juga kebetulan saya ikut bergabung dalam Asosiasi Tenis Medis Indonesia (ATMI) yang pesertanya dokter-dokter yang mempunyai hobi yang sama yaitu tenis lapangan. Biasanya setiap tahun ada pertandingan antar-dokter se-Indonesia selain menyalurkan hobi juga untuk bersilahturahmi, namum sudah hampir dua tahun sejak pandemi kegiatan rutin itu tidak dilaksanakan, baru pada akhir tahun tepatnya bulan Desember ini akan ada kembali pertandingan antar-dokter seluruh Indonesia di Kota Magelang, Jawa Tengah dan tentunya dengan prokes yang ketat,” tutup dr. Erika.
