Profil

Maria Goreti, S.Sos., M.si. Anggota DPD RI: Membangun Relasi yang Baik dengan Sesama Ciptaan dan Menghargai Alam

MajalahKebaya.com, Jakarta – Cara pandang setiap orang mengenai lingkungannya berdampak besar terhadap caranya menjalani kehidupan. Dalam hal ini, Maria Goreti, S.Sos., M.si., yang saat ini berkiprah sebagai Anggota DPD RI Dapil Kalimantan Barat, memiliki suatu cara pandang yang begitu mengutamakan relasi terhadap orang lain dan alam raya. Melalui keseluruhan perjalanan kariernya dari awal, dapat dilihat bagaimana wanita yang meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Atmajaya Yogyakarta dan S2 studi Sosiologi Pembangunan Masyarakat Desa, FISIP UGM ini, memiliki kepedulian yang besar terhadap orang lain dan juga alam.

Sebelum menjadi anggota legislatif (DPD), wanita yang akrab dipanggil Yeti atau Titi ini pernah bekerja sebagai Redaktur Bahasa di Majalah Kalimantan Review (1999-2003), Koresponden Majalah Mingguan Hidup (sejak 1999), dan penulis lepas di The Jakarta Post (1999-2003). Sebagai seorang perempuan, Yeti pernah meraih penghargaan tertinggi dan sangat membanggakan yaitu Kartini Award kategori Politik, menyisihkan 99 dari nominee 100 perempuan hebat lainnya se-Indonesia, dari Majalah Kartini yang saat itu tim jurinya terdiri atas Mien R Uno, Linda Agum Gumelar, Imam Pradsodjo, dan Seto Mulyadi. Selain itu, ia juga sempat berprofesi sebagai dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi – Akademi Bahasa Asing (STIE-ABA) Pontianak.

Merajut Kebhinekaan. Semasa kuliah, Yetti mendapatkan banyak pengalaman berharga, terutama dalam merajut kebhinekaan di tengah masyarakat. Kala itu ia aktif mengikuti beberapa organisasi, salah satunya Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia. Organisasi tersebut memiliki kerja sama dengan beberapa organisasi-organisasi lain semisal GMI, HMI, dan GMKI.

Melalui adanya relasi dari organisasi yang diikutinya ini, Yeti merasa dirinya semakin dikukuhkan untuk lebih menghidupi keragaman yang ada. “Memang benar saya berkuliah S1 & S2 di Yogyakarta, namun lebih dari itu ‘kuliah’ yang sebenarnya bagi saya adalah ketika mampu menjalin relasi yang baik dengan masyarakat secara luas atau dapat dikatakan sebagai pelajaran menghargai perbedaan dan itulah yang membentuk karakter saya sampai saat ini!” tegas wanita kelahiran Kebadu, Pahauman, 29 Februari ini.

Pengalaman dalam menghargai perbedaan yang didapatkan Yeti semasa berorganisasi menjadi modal berharga baginya ketika duduk sebagai Anggota DPD RI Dapil Kalimantan Barat saat ini. Dengan karakternya yang telah dibentuk untuk menghargai perbedaan, Yeti merasa lebih siap manakala harus berjumpa dengan banyak orang yang berlatar belakang berbeda di DPD.

“Nuansa di DPD yang saya rasakan ialah nuansa egaliter. Maksudnya adalah kesetaraan yang sangat dijunjung tinggi di sini. Entah pria atau wanita diperlakukan secara sama dan ini amatlah cocok dengan karakter saya yang tidak suka ‘pengkotak-kotakan’. DPD bagi saya, merupakan tempat yang tepat untuk melatih kemandirian agar menjadi pribadi yang lebih berkualitas,” tutur pengagum Hillary Clinton ini.

Berjuang untuk Masyarakat Kalbar. Yeti juga menyadari secara penuh bahwa dirinya merupakan representasi rakyat, khususnya masyarakat Kalimantan Barat. Ia ingin mengemban tugas ini dengan penuh dedikasi dan tanpa pernah lelah menyuarakan aspirasi masyarakat Kalbar. Melalui keanggotaannya di DPD, ia ingin membantu negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kalbar yang dinilainya masih belum tercukupi semuanya.

“Berbicara mengenai Kalbar, tentu masih banyak hal yang perlu dibenahi. Banyak kekurangan dan penderitaan yang dirasakan masyarakat di sini, bahkan sejak dahulu, seperti halnya di era Presiden Soekarno yang mana wilayah ini hendak direbut oleh Malaysia. Selain itu, permasalahan terkait IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang rendah, angka kemiskinan yang tinggi, kesenjangan sosial yang tinggi, dst. Untuk itulah saya ingin bekerja sama dengan segenap Perwakilan Daerah Kalbar untuk menjawab persoalan-persoalan yang ada. Saya ingin menjembatani masyarakat dalam mengaspirasikan kebutuhan-kebutuhannya kepada negara dan juga agar masyarakat Kalbar dapat lebih terlibat dalam pembangunan pada taraf nasional. Semoga ke depannya Kalbar tidak lagi dipandang sebelah mata,” tegas Yeti.

Secara khusus, di tengah masa pandemi ini, masyarakat pun selalu menantikan bantuan dari negara untuk memenuhi kebutuhan pokok. Yeti pun mengungkapkan bahwa pihaknya terus menggalakkan bantuan dalam bentuk karitatif, seperti beras, gula, teh, dan minyak goreng demi memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Selain itu, terdapat pula bantuan berupa dana bagi masyarakat agar dapat membeli obat-obatan dan vitamin.

Yeti menuturkan bahwa segala jenis bantuan tersebut merupakan wujud dari rasa solider terhadap sesama. Akan tetapi, ia juga menyadari bahwa belum semua kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. “Saya selalu mengatakan kepada masyarakat bahwa kami belum dapat memenuhi semua kebutuhan oleh karena keterbatasan kami, salah satunya dana. Namun, saya bersyukur karena masyarakat tidak terlalu menuntut lebih. Cukup dengan kehadiran dan perhatian dari kami kepada mereka, sudah cukup membuat mereka bahagia dan merasa dimanusiakan. Namun, saya tetap berharap agar sistem anggaran di DPD dapat diperkuat dan perizinan dari negara untuk membuat fasilitas pendidikan dapat dipermudah agar kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi seutuhnya. Bagi saya ini merupakan bagian dari ‘pekerjaan rumah’ yang belum terselesaikan,” tutur Yeti.

Memaknai Covid-19, Menghargai Alam dan Kehidupan. Bagi Yeti, pandemi Covid-19 ini merupakan suatu peristiwa yang terjadi secara alamiah, bukan rekayasa manusia belaka. Hal ini dapat disamakan dengan Wabah Malaria yang menyerang masyarakat Kalbar sebelum Pandemi berlangsung.

“Penyakit malaria yang terjadi di sini merupakan imbas dari rusaknya habitat nyamuk-nyamuk (yang menyebabkan malaria) di hutan karena manusia. Hal ini menyebabkan nyamuk-nyamuk tersebut menyebar dan membawa penyakit kepada manusia. Begitu pula dengan Covid-19. Saya menilai pandemi ini menyebar karena ulah manusia yang sudah begitu jauh merusak alam. Inilah yang saya sebut sebagai konsekuensi dari dosa kita terhadap alam. Untuk itu, perlu adanya pertobatan dari kita terhadap alam,” tutur wanita yang gemar berkebun ini.

Yeti menambahkan bahwa pertobatan manusia kepada alam harus digalakkan di masyarakat luas. Mulai dari hal-hal sederhana seperti penanaman kembali pohon-pohon dan kebun. Baginya, ini merupakan suatu langkah yang tepat mengingat kondisi ekologis, terutama di bumi Kalbar telah banyak yang rusak oleh karena tangan-tangan yang tak bertanggung jawab demi hasrat ekonominya. Untuk itu, selain vaksin yang digunakan untuk menghentikan laju Pandemi, menurut Yeti betapa pentingnya mengembalikan alam ke keadaan yang seharusnya.

Selama ini, lanjut Yeti, manusia getol merusak hutan, mengambil hasil dari alam dan hutan namun luput mengembalikan kelestariannya kembali maka mesti ada pertobatan ekologis. Kita harus bertanggung jawab menjaga ekosistem untuk menghasilkan oksigen bagi makhluk hidup manusia dan itu semua diproduksi oleh tumbuhan.

Selain hal itu, Yeti juga beranggapan bahwa setiap orang perlu membangun positivity selama Pandemi berlangsung. Baginya, nilai-nilai tersebut dapat dibangun, salah satunya dengan cara berdoa kepada Tuhan. “Salah satu hal yang terpenting adalah berdoa. Melalui doa, kita dapat terus positif sepanjang hari dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Hal ini dapat membangun optimisme dalam diri untuk menghadapi Pandemi sehingga kita dapat selalu sehat,” yakin Yeti yang seringkali memainkan gitar ketika waktu luang, yang dipercayainya dapat membangun sikap positif dalam diri karena dapat mengatasi rasa jenuh dan lebih mensyukuri kehidupan.

Di sisi lain, Yeti juga merasakan adanya nilai positif yang terjadi di dalam keluarganya selama masa Pandemi. Nilai positif ini terwujud dalam banyak hal dan tentu membuatnya bahagia. “Pandemi ini membawa berkah bagi saya dan keluarga. Hal ini terlihat dari kerja sama yang terjalin secara erat di keluarga kami, seperti halnya membuat jadwal piket rutin untuk pergi berbelanja ke pasar. Selain itu, bagi saya pribadi banyak sekali perubahan yang terjadi. Mulai dari nafsu makan yang semakin bertambah, membeli lebih banyak buah dan sayuran sehat, mulai rutin kembali minum susu, dst. Pada intinya, semua hal positif ini bermuara pada perjuangan untuk menjalani kehidupan secara sehat. Hal ini merupakan bentuk rasa syukur atas kehidupan,” tutur Yeti. Clv

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top