MajalahKebaya.com, Jakarta – Tuntutan pekerjaan yang bisa dibilang tidak mengenal waktu dalam melayani masyarakat sebagai seorang polisi, di samping sebagai seorang ibu dan istri di rumah, tentu tidak mudah. Cerdas menata diri, pintar memanage waktu antara karier dan keluarga sehingga semuanya berjalan dengan baik, adalah kata kunci bagi Polwan cantik Puspita Ardhiane Azhar, S.Sos., dalam menciptakan dan menjaga harmoni dalam keluarganya. Lebih dari itu, nilai-nilai yang selalu dipedomaninya selama ini untuk meraih kesuksesan dalam hidup, adalah lebih terus bersyukur, mnejalani sesuatu dengan semangat, pantang menyerah, dan tidak melupakan kodrat sebagai wanita.
Lebih-lebih di masa pandemi seperti ini, intensitas terjun ke lapangan yaitu ke tengah-tengah kerumunan masyarakat, semakin tinggi dan pasti akan menguras tenaga, waktu, dan perhatian. Polisi lebih di-push lagi, terutama karena masyarakat butuh edukasi sehingga kesigapan polisi sangat diperlukan tiap pagi, sore, dan malam hari turun ke daerah-daerah yang ramai. Namun bagi Dian, sapaan akrab wanita kelahiran Atambua 11 Juni ini, tugas sebagai seorang Polwan dijalankan dengan sepenuh hati tanpa mengeluh, karena ia sudah mencintai pekerjaannya.
Ditambah lagi saat ini Dian menjabat sebagai Wakil Ketua Bhayangkari Ketapang, Kalimantan Barat, yang tentunya mengambil peran sosial kemasyarakatan lebih banyak lagi di masa pandemi. “Bhayangkari itu lebih ke sosial ya, apalagi di masa pandemi seperti ini. Sebenarnya ada banyak bidang dan tugas Bhayangkari, tetapi memang lebih fokus ke sosial pada saat ini. Kita kerja sama dengan Dinas setempat, juga kalau ada yang dokter biasanya ikut turun ke lapangan,” tutur penyuka olahraga lari, gym, dan hobi menyanyi dan berkaraoke di rumah saat senggang ini, dengan bersemangat.
Jam kerja yang tinggi tidak lantas membuat istri dari perwira polisi, Kompol Aditya Octorio Putra, SIK., dan ibunda dari Keano Atharizz Pratamaditya (Kls 4 SD), Rayyan Keenan Alkhairan (TK), dan Kenzio Yussuf Al Abiyyu (3th) ini, melupakan peran dan kewajibannya sebagai istri dan ibu di rumah. Baginya, selalu ada cara untuk dekat dengan anak-anak, bisa melakukan rugas tumah tangga, dan menata semua urusan keluarga.
“Kebetulan kantor dari rumah itu cuma lima langkah jadi saya bisa balik ke rumah jam istirahat. Antar dan jemput anak selalu saya yang lakukan biar tetap ada ikatan dan kedekatan emosional sama anak-anak ya. Apalagi, anak-anak saya masih kecil, walaupun di rumah ada baby sitter tapi saya tidak melepas 100%,” ungkap Dian.
Sebagai perempuan Dian menyadari harus lebih banyak belajar agar bisa mandiri. Menurutnya, perempuan harus belajar agar tidak bergantung pada orang lain, harus mampu dan bisa mandiri untuk berjaga-jaga kalau suatu saat suami tidak lagi bisa menafkahi atau menjadi tulang punggung keluarga.
Perjalanan Karier. Ketika lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) pada awal 2003, orang tua menyarankan Dian untuk masuk kepolisian menjadi Polwan. Padahal ia sendiri mempunyai cita-cita kerja di bank sehingga ingin mengambil kuliah jurusan Akuntansi. “Cuma karena Papa juga polisi ya saya disuruh daftar Polwan. Awalnya saya hanya iseng-iseng mencoba ikut, dan kalau pun tidak lulus ya tidak apa-apa. Pas di perjalanan proses daftar itu saya menyadari kok susah juga ya… jadinya diseriusin, dan Alhamdulillah saya lulus. Kemudian saya mengkuti Pendidikan Kepolisian Sepolwan Angkatan 28 tahun 2003, yang di Jakarta Selatan itu. Selesai pendidikan saya balik lagi ke NTT dan berdinas sampai tahun 2011 ketemu suami dan menikah. Suami saya lulusan Akademi Kepolisian Bhakti Satria 2007 dan PTIK 66.
Setelah menikah suami mendapat tugas di Kalbar dan saya ikut mendampingi beliau sampai dengan saat ini,” kisah Dian yang pernah meraih prestasi menjadi Runner Up I Putri Citra Provinsi NTT 2002 dan Juara I Bintang Radio dan Televisi tahun 2003.
Dian saat ini bertugas di Satuan Tahanan dan Barang Bukti, Polres Ketapang Kalimantan Barat. Tugas utamanya antara lain lebih pada mengecek tahanan seperti makanannya, kesehatannya, dan hubungan tahanan dengan barang buktinya. “Dinas pertama saya di Sabhara Polda NTT, kemudian Satuan Reserse Unit Perempuan dan Anak, dan pernah juga jadi Spri Kapolda,” tutur Dian yang menyelesaikan kuliah jenjang S1-nya di Universitas Satria Makassar, Sulawesi Selatan.
Dari semua tugas yang pernah dijalani, Dian sangat terkesan ketika ia bertugas di Unit Reskrim Bagian Perempuan dan Anak. Saat itu ia belum menikah dan belum ada tuntutan keluarga, sehingga dengan penuh semangat dan totalitas yang tinggi terjun ke lapangan untuk mengeksplor potensi diri. Namun saat ini bagi Dian, apapun tugas yang diberikan kepadanya akan dijalankan dengan sungguh-sungguh dan profesional, karena memang profesi ini sudah menjadi panggilan hati, jadi passion-nya. DW
