MajalahKebaya.com, Jakarta – Tak pernah terpikirkan sebelumnya dalam benak Widhia Ayu Titie Patriani untuk merintis karier sebagai seorang pengusaha roti. Wanita yang akrab dipanggil Ayu ini mengakui bahwa sebelumnya ia tak memiliki passion dalam merintis usahanya tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, Ayu merasa bahwa setiap usaha tak melulu harus berdasarkan passion. Baginya asal ada jalan dan kesempatan, serta doa dan kerja keras, semuanya pasti dapat terlaksana dengan baik.
Perjalanan Menembus Batasan Diri
Di awal karier, Ayu sempat bekerja di salah satu bank, lebih kurang selama lima tahun. Ia juga pernah mencoba usaha clothing dan sempat mengikuti Indonesian Fashion Week bersama teman-temannya. Namun, pada tahun 2013, Ayu diminta untuk resign dari pekerjaan oleh suaminya karena ingin dirinya dapat lebih fokus pada keluarga dan mendampingi tumbuh kembang anak-anak. “Alasan saya diminta resign karena suami saya sering berpindah-pindah karena urusan pekerjaan. Mungkin dia lebih ingin agar saya dapat lebih involve terhadap urusan keluarga,” ujar wanita yang menamatkan pendidikan Diploma di LPK Tarakanita ini.
Namun di balik semuanya itu, Ayu yakin suaminya tetap ingin dirinya memiliki kegiatan lain, kendati harus mengurusi anak-anaknya di rumah. Selang beberapa waktu, keinginan itu mulai terjawab ketika mereka pindah ke Bali, ikut suami yang ditugaskan di sana. Di Bali, Ayu mulai mengenal dan belajar mengenai roti. “Saat kami pindah ke Bali, saya mulai belajar mengenai roti dengan kakak ipar. Kebetulan, kakak ipar saya memiliki usaha kuliner dan mengajak saya untuk belajar dengannya,” tutur Ayu.
Kendati awalnya Ayu menolak ajakan kakak ipar, namun lambat laun ia mulai menyukai pekerjaannya untuk membuat roti. “Jujur, awalnya saya menolak karena tidak suka masak, apalagi baking. Tetapi karena suami mendukung dan membelikan mixer, saya pun mulai memberanikan diri untuk membuat roti,” ujarnya.
Ayu pun mengakui telah sering gagal ketika awal-awal membuat roti. Namun lama-kelamaan, ia berhasil membuat adonan roti dengan baik. “Meski pada awalnya sering gagal, namun pada suatu kesempatan saya berhasil membuat adonan secara baik. Hal ini jelas membuat saya bahagia dan ingin terus membuat roti,” tegas wanita kelahiran Jakarta, 26 Maret ini.
Setelahnya, Ayu diminta oleh suami untuk membagi-bagikan roti yang dibuatnya kepada kerabat dan keluarga di Jakarta. Tanpa disangka, roti yang dibagi-bagikannya tersebut justru di-posting di media sosial dan mendapat respon yang baik di kalangan netizen. Hal itu membuat Ayu termotivasi untuk memulai bisnis roti. “Melalui keseluruhan perjalanan ini, saya tersadar bahwa bisnis tak melulu berdasarkan passion, tetapi lebih kepada niat, usaha, dan doa, yang pasti membuat jalan dan kesempatan untuk maju terbuka lebar,” antusias Ayu.
Roti Surui yang Beda
Berbicara mengenai roti, Ayu menuturkan bahwa dirinya telah terlanjur kecemplung di dalamnya. Meski pada awalnya ia tak berniat karena merasa tak memiliki passion, namun lama kelamaan ia memiliki feel-nya tersendiri ketika membuat roti. Ia juga beranggapan bahwa roti merupakan makanan sehari-hari yang simple tapi mengenyangkan. Inilah yang menjadi alasan mengapa Ayu lebih memilih bisnis roti ketimbang usaha kuliner yang lain.
Untuk saat ini, ada banyak roti yang diproduksi Ayu. Mulai dari Roti Daging, Roti Gandum, hingga Roti Sisir yang merupakan signature-nya dengan dipping cream yang membuat beda. Roti Gandum tidak terasa seret karena memakai ragi alami yang dibuatnya sendiri, aman untuk orang yang mempunyai penyakit lambung. Roti Gandum bikinan Ayu juga bisa ditambahkan topping apa saja, mulai dari pizza, abon, hingga cake. Selain usaha roti dengan brand Surui, Ayu juga mencoba menyediakan nasi khas Kalimantan dengan bumbu habang, atau bumbu merah, karena suaminyaasli orang Kalimantan.
Ayu juga tak lupa menjaga kualitas bahan yang ia pakai untuk membuat roti. Menurutnya, kualitas bahan amatlah mempengaruhi hasil. “Hemat saya, semua bahan pembuatan roti itu sama semua, tapi yang membedakan ialah kualitasnya. Saya tidak suka bahan yang asal-asalan. Saya ingin bahan yang berkualitas sehingga menghasilkan roti yang baik dan lembut. Selain itu, dari sisi kemasan juga saya sangat perhatikan, saya menggunakan packaging hard cover sehingga pantas kalau dikasih ke orang lain. Makanya, harga untuk produk roti saya ini cukup mahal, tapi sebanding dengan kualitas,” tegas Ayu.
Saat ini Ayu dibantu 3 orang karyawan yaitu kurir dan baker, selain itu ia juga menggunakan jasa kurir atau antar online. Untuk promosi, Ayu tetap menggunakan media sosial serta menyediakan admin untuk pengiriman produk rotinya.
Prospek Usaha
Saat ini, Ayu terus fokus mengembangkan usaha rotinya. Ia tak ingin lepas tangan begitu saja dan menyerahkan seluruh tanggung jawab kepada karyawan. Bahkan, hingga sekarang ia masih sering berbelanja untuk keperluan bahan. “Semua karyawan saya tahu kalau saya amat menekankan kualitas. Untuk itu, saya akan terus meng-handle secara langsung usaha roti ini dan memperjuangkan kualitas hasil. Ini merupakan salah satu bentuk saya dalam menjaga trust para konsumen,” tambah Ayu.
Ayu juga menuturkan bahwa sampai kapan pun ia akan tetap menjaga dan mengutamakan kualitas. Baginya, jika kualitas dapat tetap terjaga, maka bisnisnya ini akan terus bertahan, atau bahkan menjadi lebih besar. “Saya merasa optimis usaha ini akan terus bertahan, atau bahkan lebih besar, selagi kualitas dan rasa tetap dipertahankan. Selain itu, saya percaya bahwa rezeki itu memang sudah ada yang mengatur dan tidak mungkin tertukar. Makanya, hingga sekarang saya mampu untuk tetap tenang menjalaninya, kendati kompetitor semakin banyak,” ujar Ayu.
Tak lupa, Ayu juga bersyukur karena di masa pandemi ini, usaha miliknya masih tetap berjalan dan tak terkena dampak. Kendati dirinya masih belum berani mencoba menjalankan usahanya secara offline, tetapi konsumen yang membeli tetaplah ramai. “Di masa pandemi ini, ada sebuah trend di mana setiap tanggal 25 ke atas, jumlah konsumen yang membeli roti amatlah banyak. Saya pun tak mengerti kenapa. Apakah memang di tanggal-tanggal itu banyak orang yang sudah gajian?” ujar istri dari Muhammad Deny Firmansyah, seorang pegawai swasta, serta ibunda dari Diava Arkarna Athaya Satra, Queena Hafiza Maiza Sheehan, dan Tigo Hanan Rabbani Satra ini.
Me Time
Di sela-sela kesibukan mengurus usaha rotinya, Ayu masih menyempatkan diri berkumpul dengan teman-temannya. Ia juga memiliki keinginan untuk menjalankan usaha clothing bersama teman-temannya, antara lain membuat mukena printing. Menurutnya, kehadiran teman-teman amatlah melegakan dan berpengaruh bagi kehidupannya.
“Cukup mendengar mereka tertawa saja, sudah membuat saya lega. Selain itu, ada juga teman-teman yang terus mengingatkan saya secara religius agar saya dapat tetap menjalankan kehidupan secara baik,” tutur wanita yang menyukai shopping ini.
Sosok Inspiratif
Sampai saat ini, Ayu masih amat mengidolakan suaminya. Ia menilai suaminya memiliki sikap yang tegas dan patut dicontoh. Selain itu, ia merasa bahwa suaminya bukanlah tipe orang yang perhitungan dan selalu riang dalam setiap kondisi .“Saya banyak belajar dari suami terkait hal ketegasan. Selain itu, ia seperti selalu happy dalam setiap kondisi. Saya juga tak heran kalau ketika dia sedang susah pasti ada saja orang yang menolongnya, kendati tak melulu berkaitan dengan materi,” ujar Ayu.
Ibu adalah Segalanya
Ayu menganggap bahwa ibunya merupakan sosok yang paling penting dari kehidupannya. Ia melihat semua hal yang dilakukan seorang ibu merupakan suatu pekerjaan yang tak ternilai harganya.
“Menurut saya, Ibu adalah ‘The Center of Everything’. Apapun yang dikerjakannya adalah sesuatu yang tak ternilai harganya. Istilah ‘surga di bawah telapak kaki ibu’ adalah benar adanya,” tutur Ayu.
Ayu pun menilai bahwa ibunya bukanlah tipe orang yang suka memuji dirinya secara langsung. Namun ia sering mendengar kalau ibunya sering memuji dirinya di depan banyak orang, tanpa sepengetahuannya. Ayu berharap agar ke depan ia dapat lebih banyak memberikan waktu dan perhatian untuk ibunya. Karena menurutnya, semakin tua pasti orang tua atau Ibu cuma menginginkan waktu anaknya untuk ngobrol tanpa gangguan apapun, sangat butuh perhatian anak-anaknya. Dan diakui Ayu, belum 100% bisa ia berikan, namun ia selalu mengusahakan bisa memberikan yang terbaik untuk ibunya.
