Profil

DR. Dewi Motik Pramono, MSi : Konsisten Memperjuangkan UMKM dan Kaum Perempuan Agar Mandiri dan Sejahtera

MajalahKebaya.com, Jakarta – Meskipun usianya sudah 72 tahun, sosok cantik, ramah, selalu tersenyum, dan energik kelahiran Jakarta, 10 Mei 1949 ini, tiada lelah berjuang dan menyuarakan kepentingan UMKM dan kaum perempuan tanah air agar bisa maju, mandiri, dan sejahtera. Semangatnya akan selalu berkobar ketika bersentuhan dengan nasib perempuan dan pengusaha kecil. Ia ingin semakin bisa memberi manfaat sebesar-besarnya kepada sebanyak-banyaknya orang lain dengan segala potensi yang dimilikinya. Karena itu, pengusaha atau lebih tepatnya socio-entrepreneur sukses, bernama lengkap Cri Puspa Dewi Motik Pramono ini, tetap aktif menjalankan kegiatan sebagai penulis, pengajar atau dosen di tiga kampus, motivator, serta penggagas berbagai terobosan untuk kemajuan usaha kecil dan penggerak pemberdayaan kaum perempuan Indonesia.

Kiprah dan sepak terjang anak pengusaha terkenal, Basyaruddin Rahman Motik asal Palembang ini, tidak lepas dari tempaan dan didikan orang tuanya sejak kecil. Ia dididik ayahnya untuk mandiri dan kerja keras. Sejak remaja berusia 14 tahun ia sudah pintar mencari uang sendiri, antara lain dengan berjualan Brownies bikinan sendiri di seputaran tempat tinggalnya daerah Menteng, Jakarta Pusat. Jiwa wirausaha dan kerja keras tertanam semakin kuat dalam diri, sehingga banyak potensi dan keahlian yang dimilikinya bisa tereksplor. Dan, semua itu mendapat dukungan penuh dari ayahnya.

Bahkan ketika kuliah, baik di dalam maupun luar negeri, Dewi Motik selalu berusaha mencari uang sendiri dengan berbagai cara. Meskipun ia menyadari orang tuanya lebih dari mampu untuk memenuhi apa pun permintaan dan kebutuhannya. Dewi tidak mau begitu saja menerima pemberian orang tuanya, ia mau mandiri dan menghasilkan uang dari jerih payah sendiri. Ia pernah berjualan benda-benda kerajinan khas Indonesia, berjualan kue dan makanan, dan masih banyak jenis usaha lain pernah dijajalnya.

Tidak hanya bakat wirausaha yang digali, berkat wajahnya yang cantik, pada tahun 1968, Dewi terpilih sebagai Pemenang None Jakarta, kontes yang pertama kali diadakan bertepatan dengan HUT Jakarta ke-441. Pada tahun yang sama ia juga terpilih sebagai Ratu Kecantikan Ikatan Mahasiswa dan Ratu Jakarta Fair, dan pada tahun 1974 dinobatkan sebagai Top Model of the Year. Namun karena ia lebih memilih fokus pada pendidikan, Dewi pun meninggalkan glamournya dunia model.

Setelah menyelesaikan studi di Amerika Serikat, yaitu Bachelor of Art dari Florida University, Dewi meneruskan usaha orang tuanya di bidang ekspor impor, dan juga merambah beragam jenis usaha lainnya. Bahkan, usaha garmen yang dipimpinnya sempat memiliki 3.500 karyawan. Dan saat ini, selain menjabat sebagai Direktur berbagai perusahaan, Dewi juga menjadi Pimpinan Umum DE MONO Group, yaitu Lembaga Pendidikan Keterampilan dan Kewiraswastaan DE MONO dan Koperasi DE MONO.

Kepedulian Dewi untuk mengangkat, mendampingi, dan memajukan pengusaha kecil dan juga kaum perempuan, tidak serta merta pupus ketika ia mengurus usahanya sendiri. Sebaliknya, ia merasa semakin memiliki kapasitas yang mumpuni untuk bisa leluasa membantu sesama. Sehingga pada tahun 1975, bersama Dr. Hj. Kemala Motik Abdul Gafur, ia mendirikan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), organisasi yang tidak hanya berperan sebagai asosiasi pengusaha wanita namun juga sebagai lembaga pendanaan untuk membantu para pengusaha wanita. Dewi kemudian ditunjuk sebagai Ketua Umum pada tahun 1982.

Bahkan, Dewi dipercaya Pemerintah sebagai Ketua Sub Konsorsium Usaha Jasa Boga dan Memasak Departemen (Kementerian) Pendidikan dan Kebudayaan periode 1984-1990. Ia juga terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Ahli Boga Indonesia Pusat 1987-1999.
Tekad dan keinginan yang sangat kuat dalam diri Dewi Motik untuk membina dan memberdayakan perempuan Indonesia, semakin terwujud ketika ia dipercaya menjadi Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Antara lain, pada tahun 2010 menjalin kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia dalam menyosialisasikan Program Internet Sehat, juga mempelopori terselenggaranya Kowani Fair sebagai ajang menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan perempuan Indonesia.

Konsistensi dan peran serta istri dari Pramono Soekasno ini, dalam memperjuangkan nasib usaha kecil dan kaum perempuan, tidak terbatas hanya di dalam negeri, tetapi sudah mendunia. Ia banyak mendapat undangan dari luar negeri, baik pemerintah, lembaga asing, maupun PBB, untuk menyampaikan pandangannya di bidang lingkungan hidup dan pembangunan hidup berkelanjutan atau di bidang ekonomi dan kewanitaan, serta UMKM.

Anggota dari World Assembly of Small & Medium Enterprises (WASME) ini, antara lain pada tahun 1996 menjadi pembicara pada seminar “On Improving Trade & Investment” antara Indonesia dan Yunani di Yunani, pembicara sekaligus terpilih menjadi Wakil Presiden pada International Congress of World Association of Small and Medium Enterprises (WASME) di India, pembicara dalam World Convention The Federation of Island Nation for World Peace di Jepang, pembicara dalam 5th International Federation of women Entrepreneur di Australia, dan pembicara dalam Australian Council of Business Women Ltd.-Business Forum di Australia.

Pada tahun 1997, ia menjadi pembicara dalam The 10th World Association of Small & Medium Enterprises Congress di Amerika Serikat, memimpin sidang “The 6th International Federation of Women Entrepreneurs Conference (IFWE) sebagai Presiden IFWE di Ghana, pembicara dalam “An International Forum of Strengthening Women’s Business Organization” di Amerika Serikat, dan menjadi pembicara dalam “FCEM 45th International Congress of Women Business Owners: oleh The National Association of women Business Owners” di Afrika Selatan.

Dewi juga sering mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, antara lain menjadi Delegasi Indonesia mewakili dunia usaha pada Asia Pacific Forum for Environment and Development (APFED) di Jakarta tahun 2002, dan Anggota Delegasi Indonesia mewakili Business Forum dalam Preparatory Committee IV Ministerial Meeting Wold Summit and Suistainable Development di Bali pada tahun yang sama.

Berdoa, Berkarya, dan Selalu Bersyukur. Hablum Minallah, Hablum Minannas, menjaga kualitas hubungan dengan Allah SWT dan merajut harmoni dalam pergaulan dengan sesama, antara lain dengan berdoa dan berkarya. Itulah kunci keberhasilan dalam hidup yang selama ini dipedomani Dewi Motik.
“Kita jangan lupa sama Allah SWT karena Tuhan yang menciptakan kita.. apapun yang baik, sedih, bahagia itu semua kembali kepada Allah SWT. Karena itu teruslah berkarya, jangan lupa berdoa, dan selalu bersyukur atas apa pun yang sudah didapatkan dalam hidup,” ujar Dewi bijak seraya bersyukur karena masih diberi kesehatan hingga sekarang ini.

Cinta Budaya. Sejak kecil Dewi Motik sudah familiar dengan kebudayaan dan sejarah bangsa. Ia suka ikut bermain dalam sandiwara tentang Ibu RA Kartini hingga ia duduk di bangku SMP. Apalagi Gedung Wanita di Jalan Dipenogoro Jakarta Pusat, tempat biasanya pementasan sandiwara, dekat dengan rumah kediamannya, dan itu sekitar tahun 1956-an. Rumah Dewi berdekatan dengan rumah Bung Hatta dan hubungan kedua keluarga sangat erat, sehingga karena kedekatan tersebut wawasan dan pengetahuan Dewi tentang budaya dan sejarah, termasuk ekonomi dan koperasi cukup luas.

Sejak itu Dewi sangat tertarik dengan kebaya. Pada umur 15 tahun ia juga ikut kegiatan menari, dan karena sering menghadiri acara-acara besar yang bertaraf internasional, ia sudah terbiasa memakai kebaya.

“Karena ibu bapak saya kan pengusaha ya.. jadi sering menghadiri acara-acara internasional dan semacamnya.. Makanya dari dulu saya sudah tahu banget tentang jenis-jenis kebaya dari berbagai daerah. Apalagi waktu itu, saya selalu jadi top model untuk pameran kebaya di Istana,” kenang Dewi.

Rasa cinta budaya, semangat nasionalisme, dan etos kerja yang dimiliki Dewi hingga kini masih memancar kuat pada setiap kesempatan, dan ditularkan kepada generasi-generasi milenial di mana pun ia berada. Seperti saat ini, sebagai Ketua Dewan Penasehat CEO Indonesia yang diketuai oleh Trisya Suherman, Dewi selalu menanamkan dan menularkan nilai-nilai budaya, religius, dan humanis agar organisasi yang mewadahi bermacam jenis usaha yang terdiri atas pengusaha-pengusaha sukses, yaitu Komisaris dan Direktur di perusahaan masing-masing itu, berjalan penuh kekeluargaan dan penuh semangat kebangsaan. DW

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top